Bersahabat dengan si Bisu, Begini Cara Ngobrolnya laporan Mohamad Su’ud, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Suatu sore, saya dikejutkan oleh suara keras. Namun suara itu tidak jelas maknanya. Segera saya keluar rumah dan membuka pintu depan. Di serambi rumah berdiri di atas sepeda, sosok lelaki tegap setengah baya. Dia mulai membuka suara, lagi-lagi saya tidak bisa memahami maknanya. Istri datang dari dalam, langsung menangkap pesan dari lelaki itu.
Dengan sigap istri keluar rumah lagi dengan keponakan Kurniawan Andi Susanto alais Wawan. Oh, ternyata lelaki itu teman akrabnya. Segera, dua lelaki yang masih sama-sama lajang larut dalam percakapan yang tidak saya mengerti. Bedanya yang satu memiliki ‘keistimewaan’ dalam percakapan verbal. Dia bisu alias tunawicara.
Sekilas tidak ada tanda-tanda aneh pada diri Suto, demikian nama singkat yang diberikan oleh orangtuanya. Suto, sudah memasuki usia 40 tahun. Sejak remaja ditinggal merantau oleh orangtuanya ke Jakarta. Kini tinggal sendirian di rumah, Desa Sekaran Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan.
Tidak banyak yang bisa memahami rasa batinnya. Padahal ia membutuhkan ekspresi dan pengakuan sosial. Tidak jarang ia menjadi bahan ‘ejekan’ dan guyonan. Kadang-kadang muncul sifat amarahnya.
Seperti peristiwa ini. Pada saat memancing ikan, ia didekati oleh seseorang yang tidak dikenal, yang memancing di dekat tempat Suto. Mungkin tidak nyaman, selang beberapa detik Suto mengambil sebuah batu besar dan menceburkannya ke air lokasi mancing orang tadi.
Suto pergi tanpa rasa bersalah. Merasa terganggu, orang tadi berdiri dan ingin mengejar Suto. Untung saja Wawan sahabat karibnya mencegah, sambil berkata, “Mas Mas, orang itu ada kelainan,” Orang itupun menyadari.
Keunggulan Suto
Walaupun memiliki kekurangan dalam hal pendengaran dan bicara, tidak membuat Suto lemah dalam hal yang lain. Menurut penuturan Wawan, Suto memiliki empati yang tinggi.
“Kalau ada urunan-urunan, semisal pembuatan spanduk Persela, kaos, Suto selalu sedekah terbanyak,” tutur pria penjual ikan bakar warung Kurnia Sekaran. Suto juga terkenal dermawan, sering membawakan makanan dan jajan ringan kepada kawan-kawannya.
Wawan lalu menceritakan perilaku ‘jahil’ teman-temannya. Pada waktu ada festival layang-layang, Suto dikerjain untuk membantu memegang layangan raksasa. Suto dengan senang hati membantunya dengan memegang erat-erat tali.
Lalu teman-temannya melepaskan tali yang dipegang masing-masing. Sontak Suto kaget dan mempertahankan tali layangan itu dengan kuat sambil berteriak histeris. Kakinya sudah mulai terangkat beberapa sentimeter. Teman-temannya kembali menolongnya. Begitulah aneka cerita ‘jahil’, yang bertujuan hanya sebagai hiburan, namun tidak bagi Suto.
Baca sambungan di halaman 2: Cara Berkomunikasi
Discussion about this post