Jangan Berdasarkan Kelompok
Dia melanjutkan kualitas dan profesionalisme harus tetap dijunjung tinggi dan jangan melihat berdasarkan kelompoknya. “Jadi tetap kita menghormati kualifikasi itu menjadi bagian yang tak terpisahkan. Profesional boleh, tapi jangan menempatkan posisi itu berdasarkan kelompoknya semata,” imbuhnya.
Lebih parahnya, lanjut dia, ada kampus di mana seluruh posisi tidak satu pun mengakomodasi alumni. “Masak di jajaran rektor sampai kepala-kepala bagian itu nggakada satu pun kader kita?” protesnya.
Menurut dia, ini persoalan serius. “Kita bukan penuntut, tapi meminta untuk menempatkan kader kita yang memiliki kualifikasi bagus. Kalau bagus kan memang nggak papa,” ujar mantan anggota DPRD Jatim ini yang bermaksud menyindir sejumlah kampus tanpa menyebut namanya.
Presiden HWFC ini juga menginginkan agar kader-kader IMM terus memaksimalkan potensi dan kapasitas di berbagai bidang. Jika di bidang akademik dia berharap alumninya memberikan sumbangsih dan kontribusi terhadap kampus-kampus Muhammadiyah secara profesional.
“Kalau kampus membutuhkan SDM (sumber daya manusia) bilang saja, dan kader-kader kita ini siap sedia. Tolong dikasih tempat dan posisi sesuai dengan kapasitasnya untuk mengembangkan kampus Muhammadiyah,” ujarnya.
Suli juga mewanti-wanti kepada alumni, bahwa meski seorang kader tetap harus mampu bersaing dengan kapasitas yang sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan.
“Tentu hal tersebut harus sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Jadi jangan sampai teman-teman ini tidak memiliki kualifikasi yang bagus. Jangan sampailah ada PTM yang mengubah statuta perguruan tinggi hanya untuk menempatkan pegawai-pegawai ini,” lanjutnya.
Lebih lanjut ia mengungkapkan tentang adanya problem serius di PTM dan memerlukan solusi bijak agar semua bisa saling mengisi dan menguatkan untuk saat ini yakni terkait kader profesional dan proporsionas.
“Jadi ini problem serius ya. Kalau bicara hal proporsional ya boleh lah proporsional tapi secara akademis memenuhi kualifikasi kader kita ini, kemudian tidak dianggap dan dikasih ruang mereka untuk menduduki posisi jabatan yang ada di universitas Muhammadiyah,” tegasnya.
Di sisi lain, mantan Ketua Pimpina Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jatim ini mencatat, meskipun masih ada beberapa problem, ia yakin masih ada banyak hal lebih serius yang harus dikerjakan oleh kader, yakni terkait k,
“Tapi sekali lagi di tengah kita membangun kemandirian ini, selain dinamika di PTM, kemandirian dalam berwiraswasta saat ini tidak kalah penting,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni