Mubaligh Mahasiswa Rihlah ke Yogya Ungkap Kisah Situs Ini

Mubaligh Mahasiswa
Peserta Rihlah Tarbawiyah KM3 Surabaya kunjungi Langgar Kidoel Kauman Yogya. (Ainul/PWMU.CO)

PWMU.CO– Mubaligh Mahasiswa yang tergabung dalam Korps Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (KM3) Surabaya mengadakan Rihlah Tarbawiyah (Wisata Pendidikan) di Yogyakarta, Ahad (13/3/2022).

Diikuti sebanyak 18 peserta dan berlangsung selama satu hari. Kegiatan dikemas dengan menilik sejarah Muhammadiyah mulai budaya, pemikiran, dan tapak tilas perjuangan KH Ahmad Dahlan.

Koordinator Acara Adelin Aprilia Sari menjelaskan acara ini untuk menguatkan ukhuwah islamiyah di kalangan anggota KM3 Surabaya.

”Tujuan diadakannya kegiatan ini menguatkan serta merekatkan nilai kekeluargaan di dalam internal KM3 Surabaya, melebarkan dakwah melalui wisata sejarah, dan meningkatkan mutu antar anggota,” ungkapnya.

Tujuan pertama rombongan Mubaligh Mahasiswa ke Pantai Drini, Gunungkidul. Di sini melihat keindahan alam serta jernihnya air laut pinggir pantai. Peserta Rihlah Tarbawiyah mengadakan diskusi ringan mengenai isu keagamaan sembari duduk santai di atas puncak Bukit Pulau Drini di seberang pantai.

Lokasi kedua yang dituju adalah Masjid Jogokariyan, masjid yang terkenal dengan pengelolaan terbaik. Masjid ini menjadi referensi masjid-masjid dari berbagai daerah dalam hal manajemen dan tata kelola. Peserta shalat jamak Duhur dan Ashar di situ.

Setelah itu, rombongan melanjutkan perjalanan ke makam Kiai Ahmad Dahlan di Karangkajen. Di sana ditemani oleh tour guide Muhammadiyah Gatot Supriyanto. Dia menjelaskan dan menunjukkan beberapa makam tokoh Muhammadiyah mulai generasi awal hingga generasi belakangan ini. Di sini ada makam AR Fachruddin, Prof Yunahar Ilyas.

Selanjutnya menuju kampung Kauman Yogya. Melihat Masjid Gedhe, TK Aisyiyah/SD Muhammadiyah pertama, makam Nyai Dahlan, Mushala Aisyiyah, hingga Langgar Kidul.

Di Kauman guide Gatot Supriyanto menjelaskan sejarah masing-masing tempat. Salah satunya makam Nyai Dahlan yang tidak disatukan dengan makam tokoh Muhammadiyah di Karangkajen.

”Nyai Walidah dimakamkan pada tahun 1946. Tahun itu bersamaan Belanda kembali menyerang Indonesia. Muncul larangan agar tidak ada kerumunan di jalan. Akibatnya tidak memungkinkan Nyai Dahlan dimakamkan di Karangkajen karena jaraknya jauh pasti menimbulkan kerumunan pengantar jenazah. Keluarga memutuskan sudahlah dimakamkan di Kauman saja daripada nanti banyak korbannya’,” ungkap Gatot Suprianto.

Perjalanan menuju toko Suara Muhammadiyah, tempat oleh-oleh khas Yogya, dan terakhir ke Malioboro. Kemudian rombongan kembali ke Surabaya.

Ketua KM3 Surabaya Zubaidi mengharapkan kegiatan ini bisa diadakan kembali di periode mendatang. Banyak kader-kader Muhammadiyah terutama IMM belum mengetahui sejarah Muhammadiyah secara mendalam. “Semoga program baik ini bisa berlanjut ke generasi berikutnya,” terang Zubaidi.

Peserta Anas Febriyanto mengungkapkan, agenda ini bisa menambah wawasan sejarah Muhammadiyah. ”Alhamdulillah Rihlah Tarbawiyah ini menambah wawasan saya memahami sejarah Muhammadiyah di awal berdiri kondisinya seperti apa,” ujarnya. (*)

Penulis Ainul Yaqin  Editor Sugeng Purwanto

Exit mobile version