PWMU.CO – Jika ada berita yang menyatakan bahwa memasuki negara Singapura bukanlah sesuatu yang mudah, hal itu tampaknya bukan isapan jempol belaka. Pemeriksaan yang superketat memang berlaku di negara ini, terlebih bagi mereka yang pertama kali berkunjung ke negeri itu.
Pengalaman tak nyaman ini dialami oleh sebagian besar peserta muhibah Malaysia-Singapura yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur. Menyeberang ke Singapura dari Johor Bahru melalui jalur darat pada Kamis (19/1), 15 dari 23 peserta muhibah harus menjalani pemeriksaan khusus, berbeda dengan para wisatawan lazimnya.
Rombongan tidak hanya menjalani pemeriksaan di pintu kedatangan imigrasi, tapi juga dibawa ke ruang khusus untuk menjalani “interogasi”. Tak heran jika 15 orang ini butuh waktu lebih 2 jam untuk melewati perbatasan Malaysia-Singapura yang hanya beberapa meter itu. Sekitar 1,5 jam dihabiskan untuk pemeriksaan, sementara sisanya adalah waktu yang dibutuhkan untuk antri di pintu imigrasi.
(Berita terkait: Dakwah pun Berbalas Pahala Kontan di Dunia: Plesir ke Luar Negeri)
Diawali oleh Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Kediri, Achmad Fanani Sumali, menyusul 14 kemudian peserta lainnya. Layaknya tahanan, rombongan ini, baik yang kebetulan sedang sendirian atau berkelompok, digiring oleh petugas keamanan berpistol dari pintu pemeriksaan menuju ruang pemeriksaan.
Untuk menuju tempat pemeriksaan juga terasa sangat ketat, karena setiap pintu ruangan dikunci dengan password sidik jari petugas. Bahkan untuk membuka lift yang membawa rombongan dari lantai dasar ke lantai 4, tempat pemeriksaan pun, hanya petugas imigrasi yang punya akses untuk memencet.
Begitu juga untuk memasuki setiap ruang yang ada, hanya petugas yang bisa membukanya dengan sidik jarinya. Hatta, mereka yang terperiksa pun tidak bisa pergi ke toilet untuk menunaikan hajat karena semua akses pintu sangat eksklusif.
(Berita terkait: Dikenal Negeri Bermadzhab Syafii, Begini Cara PCIM Kenalkan Muhammadiyah pada Masyarakat Malaysia)
“Ini artinya kita tidak akan bisa keluar dari ruangan jika petugas membiarkan kita di sini,” begitu Ernam menggambarkan tentang ketatnya penjagaan ruang imigrasi ini. Tapi, ketegangan peserta karena diciduk aparat itu berubah setelah memasuki aula ruangan menuju ruang interogasi.
Maklum saja, 15 orang serombongan yang mendominasi aula ruangan tersebut. Tak heran jika aura “menyeramkan” pun sedikit hilang karena merasa banyak teman serombongan yang senasib. Hanya 1-2 yang datang bersilih ganti dari luar kelompok yang harus menjalani pemeriksaan khusus itu.
(Baca juga: Kunjungan Ilmiah ke 3 Negara dengan Rp 4 Juta selama 5 Hari)
“Alhamdulillah, ketua rombongan akhirnya juga ikut diperiksa khusus,” begitu celutuk Mohammad Ernam, saat ketua MPK PWM Jatim, Latipun, akhirnya ikut pemeriksaan. Padahal Direktur Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini juga sudah sering masuk ke Singapura, tapi juga ikut “digaruk” aparat imigrasi.
***
Seperti yang diketahui, muhibah ini sebenarnya merupakan reward atau penghargaan untuk MPK tingkat PDM yang berjibaku di basis massa. Mereka yang berjumlah 10 itu adalah Fathur Rohim S (Lamongan), Khoirul Anam (Gresik), Samsul Arifin (Probolinggo), dan Abdul Manaf (Kota Batu).
(Baca juga: Perjalanan Murah-Unik Melintas 3 Negara Itu Bernama RI-345)
Selain itu, juga ada Wijianto (Kab Blitar), M Hamka (Bondowoso), Sudarmaji (Kabupaten Kediri), Zaenal Mahfud (Jember), Miftakhul Khoir (Tuban), dan Fauzi (Kota Pasuruan). Namun, Samsul Arifin harus kembali ke Indonesia sebelum menyeberang ke Singapura karena ada panggilan tugas yang mendadak.
Turut mendampingi mereka adalah Nadjib Hamid, Wakil Ketua PWM yang membidang MPK, Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK), Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting (LPCR), dan Lembaga Kerjasama (LK). Juga dari unsur MPK PWM Jatim: Latipun, Agus Mahfud Fauzi, dan Mohammad Ernam. Sebagai peserta tambahan dari Majalah Matan adalah Muh Kholid AS dan Bambang Hari W.
(Baca juga: Rp 25 Juta Plus Studi S2 ke Taiwan untuk Peserta Terbaik Muhammadiyah Citizen Journalism Training)
Adapun ke-8 peserta lainnya adalah peserta mandiri, yang seluruh tiket dan akomodasi selama muhibah ditanggung sendiri. Mereka adalah istri dari Nadjib Hamid (Luluk Humaedah) beserta 3 anak: Muhammad Ulun Nuha, Aunillah Ahmad, dan Aulia Azmi. Kemudian juga ada Titin Prihatin, Noor Hidayah, Aisya Kirana Firdausy, dan Achmad Fanani Sumali.
***
Sebelum “interogasi” khusus tiap peserta dalam satu ruangan khusus, rombongan “ditaruh” di ruang tunggu. Tidak langsung diperiksa, tapi tampaknya memang sengaja menunggu lengkap semua peserta yang terjaring “operasi”. Meski, akhirnya hanya 15 yang mampu dijaring dari 23 peserta.
Selanjutnya “materi interograsi di ruang khusus…. halaman 2