Seperti Nafsu, Penyakit Malas dan Pesimis Harus Diperangi. Liputan kontributor PWMU.CO Ayu Triria Puspita Devi.
PWMU.CO – Dalam sesi tanya jawab The Last Belajar Bersama dan Qiyamul Lail (BBQ) kelas VI SD Muhammadiyah Manyar (SDMM) Gresik, dua siswa bertanya mengenai sifat malas dan pesimis.
Pertama, Sekar, siswa kelas VI Kasman Singodimejo, bertanya, “Gimana cara menghilangkan rasa malas, misalnya mau belajar tapi tiba-tiba ada rasa malas. Gimana ustadz cara menghilangkannya?”
Pertanyaan kedua diajukan Askana dari kelas VI Ki Bagus Hadikusumo. “Ustadz, barangkali waktu ujian itu yang dihadapi pesimisnya. Nah, tips menghilangkan pesimisnya biar PD itu istilahnya gimana?” tanya dia, Jumat (11/3/2022) malam.
Kaitan Penyakit Malas-Pesimis
Motivator asal Kepala Klinik Pendidikan Mipa (KPM) cabang Surabaya Drs H Moh Arodhi merespon. “Yang pertama, di antara kita seringkali antara keinginan dan kenyataan kadang seperti langit dan bumi,” ujarnya.
Dia mencontohkan, biasanya anak ingin berprestasi atau mendapatkan juara. Tapi saat sudah mulai menjalaninya ada saja alasan. “Termasuk ini ada hubungannya dengan pesimis dan nggak percaya diri,” ungkpanya.
Lalu ia menjelaskan lagi, “Begini anak-anak, sifat malas dan termasuk sifat pesimis itu adalah penyakit yang ada pada diri manusia di mana penyakit ditimbulkan dari diri kita sendiri.”
Di samping itu, sambungnya, ada setan yang membisikkan yuwaswisu fi shudurinnas. “Membisikan kepada kita agar tidak menjadi manusia yang baik atau sukses serta dimuliakan atau diridhai oleh Allah,” terangnya.
Menurutnya, pesimis juga penyakit. “Ada rasa was-was, khawatir di hati, takut kalau tidak berhasil atau berpikiran buruk,” tambahnya.
Tips Hindari Malas-Pesimis
Ustadz Arodhi menyatakan, sifat malas dan pesimis adalah penyakit manusia. Cara untuk menghindari malas dan pesimis yang pertama, harus memperkuat keyakinan pada Allah SWT.
Dia mengajak siswa SDMM yakin, Allah menciptakan manusia di muka bumi untuk menjadi hamba yang baik. Seperti dalam penggalan adz-Dzariyat ayat 56: “Wa ma kholaqtul jinna wal insa illa liya’budun.”
Artinya, “Tidaklah Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah.”
Arodhi menuturkan, manusia seharusnya taat pada Allah, harus bisa merawat alam agar dunia ini dapat dinikmati semaksimal mungkin. “Namun, jika malas bagaimana kita menjadi manusia-manusia yang dimuliakan oleh Allah?” tanyanya.
Maka, tips pertama, pahami Allah tidak memberikan yang Dia janjikan pada pemalas dan pesimis. Kedua, pahami malas dan pesimis bisa menyebabkan orang berdosa. Misal, jika malas shalat, mengaji, belajar atau melakukan sesuatu yang Allah perintahkan.
Ia kemudian mengutip hadits, “Thalabul ilmi faridhatun ‘ala kulli muslimin.” Artinya, menuntut ilmu wajib atas orang Islam.
Oleh sebab itu, sambungnya, jika siswa malas belajar dan tidak niat belajar bersungguh-sungguh maka ia bisa berdosa. Padahal, dosa dapat melubangi wadah rezeki sehingga rezeki berkurang.
Baca sambungan di halaman 2: Nafsu