Cara Menulis Softnews, Berita Rasa Sastra, liputan kontributor Situbondo Pandu Anom Nayaka di ajang Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO Jatim III.
PWMU.CO – Ketua Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Sugeng Purwanto menyampaikan, softnews adalah variasi dalam menulis, Selama ini kebanyakan kontributor menulis straight news, karena itu yang diajarkan pada tingkat dasar.
“Softnews sama-sama berpegangan pada 5W1H, tetapi cara mengolahnya yang agak berbeda. Namanya sastra itu adalah kemampuan untuk mengeksplorasi kata dan kalimat, Jadi harus menguasi itu,” ujarnya.
Harus Banyak Membaca
Maka seorang penulis sastrawi, kalau dalam jurnalisme itu ada yang namanya jurnalisme sastrawi, yaitu cara penulisan berita dengan rasa sastra mirip cerpen atau novel. Karena itu harus banyak membaca. Kalau tidak maka kosakatanya pasti terbatas dan tidak akan tahu kosakata baru.
“Zaman milenial ini banyak kata-kata yang kita tidak paham kalau tidak mengikuti. Anak-anak milenial itu memiliki bahasa sendiri di WhatAppsnya. Oleh karena itu kita harus memahami juga kalau kita jadi penulis yang baik,” pesannya.
Kalau 5W1H, sambungnya, itu kan langsung beritanya, orang baca langsung paham. Tetapi kalau jurnalisme sastra atau dalam bahasa lainnya itu disebut jurnalisme narative. Narative itu sendiri adalah menarasikan, membuat cerita, sehingga satu tulisan itu menjadi sangat menarik, seperti kita membaca cerpen atau novel.
“Ada beberapa peserta di roadshow sebelumnya yang mencoba menulis, tetapi terjebak pada kalimat yang mendayu-dayu atau di romantis-romantiskan. Akhirnya tidak menarik karena lebay. Ada beberapa kontributor dari Ponorogo yang mencoba menulisnya, terpaksa dimuat untuk menghargai tulisannya dengan beberapa proses editing. Sehingga muncullah beberapa jurnalisme narative yang sudah muncul di PWMU.CO,” paparnya.
Cerita Suasana secara Detail
Sugeng menambahkan, beberapa kontributor yang bagus itu pada saat roadshow di Lamongan, tulisannya bagus mulai dari ceritanya. Cara dia menceritakan mulai dari pagi sampai datang ke Lamongan, dia ceritakan apa saja suasananya.
“Jurnalisme narative atau sastra itu menceritakan suasana secara detail. Detail semua orang, semua kegiatan, semua yang terlibat atau ruangan yang dia ada di situ ia ceritakan untuk mendukung suasana atau nuansa suatu peristiwa itu terjadi. Kemampuan wartawan untuk mewawancarai dengan detail itu agar mendapatkan data yang lengkap layaknya seorang jaksa,” terangnya.
Menurutnya penulisan sejarah atau profil itu ternyata bisa juga dengan cara softnews. Sehingga akan menarik. Sejarah yang mati itu seolah-olah hidup kembali. Kekuatan softnews atau jurnalisme narative itu adalah mampu menggugah imajinasi pembaca. Seolah-olah dia itu membayangkan kondisi tersebut.
“Jadi dalam membuat berita softnews atau tulisan narative itu tokoh pelaku harus bisa membentuk karakternya. Orang dengan membaca karakter, membaca uraiannya itu kemudian atributnya yang menyertai maka akan terbentuk karakter tokoh yang kita tampilkan,” urainya.
Sugeng juga menambahkan, branding sekolah lewat PWMU.CO itu sudah banyak yang merasakan manfaatnya dan mempunyai pengaruh dalam PPDB. Semua berita sekolah, universitas, PDM, PCM ketika dimuat PWMU.CO berarti menyimpan dokumentasi. Misalnya saat dibutuhkan menyusun portofolio tinggal diprint saja. Andai disuruh membuat sendiri pasti akan bingung.
“Selain itu karena pembaca kita sudah banyak, jadi tulisan kita, program sekolah kita itu bisa memberi inspirasi kepada sekolah lain untuk membuat acara yang sama,” tuturnya.
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.