Muhammadiyah Jatim Dorong Kadernya Jadi Presiden, liputan kontributor PWMU.CO Aan Hariyanto.
PWMU.CO – Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim merenung bahwa Presiden Indonesia tahun 2024 mendatang bisa lahir dari Kapal Hotel Garden. Yakni, berasal dari agenda Sekolah Kepemimpinan Politik dan Kebangsaan (Sekpolbang) angkatan pertama.
“Jadikan itu takdir kecil kita masing-masing. Itu adalah takdir pilihan. Target antara kita ialah menjadi the first. Siapa itu? Kalau konteks Indonesia ya presiden. Kalau tidak bisa di tahun 2024, mungkin terwujud di tahun 2045,” ujarnya dalam sesi acara yang diadakan Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur di Kapal Garden Hotel, Sengkaling, Kabupaten Malang, Sabtu (19/3/2022).
Saad pun meminta, kader Persyarikatan untuk tidak ragu-ragu untuk mengambil keputusan bertarung menjadi pemimpin bangsa. “Kalau kita jadi pemimpin terus ragu-ragu. Maka kita sejatinya kita bukan pemimpin. Kalau kita ragu-ragu, dan kemudian yang mengambil keputusan itu bukan the first.
Saad pun menyayangkan seorang tokoh Persyarikatan yang memiliki kesempatan menjadi the first, presiden, tapi kesempatan itu kemudian ditawarkan kepada orang lain. Sehingga kesempatan itu diambil orang lain. Sementara sekarang bertarung lagi untuk menjadi yang pertama di negara.
“Jadilah the first, ambil kesempatan itu. Jangan ragu-ragu. Jangan kalau kesempatan itu diambil orang, baru bertarung lagi,” keluhnya.
Tentu saja, lanjut dia, ketika terpilih menjadi the first, maka segala kebijakan yang keluar harus benar-benar mempunyai pengaruh besar. Terutama dalam konteks pengaruh positif. “Inilah yang ingin saya sampaikan.
Sedikit Nakal
Ia menyebut, berkecimpung dalam dunia politik, sedikit nakal itu penting. Tapi bukan jahat. Harus siap dengan konsekuensi atas kenakalanya. “Kalau tidak tahan dengan kenakalan orang lain. Maka orang itu akan menderita,” selorohnya.
Mantan Dosen UIN Maliki Malang itu pun mendorong, bertebaran masuk ke partai politik yang besar. Tapi harus tetap memegang kuat nilai keislaman.
“Target utama kita menjadi the first. Kalau tidak bisa, harus bisa menjadi the man behind the gun. Atau sebagai pemegang pelatuk. Tapi kalau masih tidak bisa. Maka yang penting bisa berjalan bersama,” tegasnya.
Ia menegaskan, Muhammadiyah sangat welcome dan terbuka terhadap partai politik. Sebab, Muhammadiyah berprinsip untuk menjaga kedekatan yang sama dengan semua partai politik.
Di akhir, ia menekankan, pentingnya politik nilai untuk digaungkan secara terus-menerus. “Kalau bukan kita. Lantas siapa? Kita harus menekankan politik nilai ketika berpolitik,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni