PWMU.CO– Antre minyak goreng menandakan negeri ini tidak berkah karena penguasanya tidak amanah. Hal itu disampaikan Ustadz Supriadi dalam Pengajian Ahad Pagi PCM Lakarsantri di MI Muhammadiyah 28 Jl. Raya Bangkingan Surabaya, Jumat (20/3/2022).
Ustadz Supriadi menuturkan, Indonesia ini katanya gemah ripah loh jinawi, subur kang sarwa tinandur, murah kang sarwa tisandang mana buktinya. ”Rakyat antre minyak goreng sambil menunjukkan KTP ini memalukan,” kata Supriadi anggota Majelis Tabligh PCM Sepanjang.
Menurut dia, gemah ripah loh jinawi itu tidak dinikmati rakyat tapi pengusaha. ”Negara tidak berkah karena merendahkan ulama,” ujarnya.
Dia menyebutkan, ulama itu orang yang menguasai ilmu dan dekat Allah. Doa-doanya makbul. ”Kalau ulama disingkirkan atau wafat maka yang tinggal adalah orang-orang bodoh. Sebab mencari pengganti itu sulit,” katanya.
Kalau gubernur mati, sambung dia, banyak penggantinya. Apalagi yang mati lurah ya pilihan lagi. Tapi ulama yang wafat bisa hancur satu negeri karena susah mencari penggantinya. ”Jadi tanda-tanda negeri tidak berkah ketika banyak ulamanya meninggal dunia,” tandasnya.
Apalagi, kata dia, sekarang banyak orang melecehkan ulama dan agama. Contoh ada pendeta yang minta kepada Menteri Agama supaya menghapus 300 ayat al-Quran karena dianggap memicu radikalisasi.
Ada lagi ada orang yang ingin merebut masjid padahal jelas-jelas masjid itu milik Muhammadiyah. Bahkan didukung para pejabat. Sepertinya ada kesengajaan persyarikatan diobok-obok. Maka sikap harus tegas karena ini tanda negara sedang ada masalah.
Ustadz Supriadi mengajak jamaah untuk mengingat mati, membersihkan hati, dan bersyukur. Mengingat mati menghilangkan sikap tamak, ingin menguasai.
”Membersihkan hati dengan cara berdzikir dan membaca al-Quran. Sedangkan bersyukur melahirkan sikap qanaah. Ketika minyak goreng naik gak masalah, gak bingung ikutan antre minyak sampai mati. Masak bisa direbus atau dikukus,” selorohnya.
Dengan cara begitu, sambung dia, iman menjadi terjaga, stabil. Tidak fluktuatif. Naik turun. Kata Nabi,al-imanu yazidu wa yanqush, Iman itu bertambah dan berkurang. ”Karena itu kita harus menjaga iman supaya stabil dengan mengingat mati, membersihkan hati, dan bersyukur,” tuturnya.
Menurut dia, untuk mengetahui iman lihat jamaah Subuh. Kalau rajin shalat berjamaah Subuh di masjid berarti imannya bagus. ”Sebab orang datang berjamaah di masjid tidak ditentukan oleh rumahnya dekat atau jauh dari masjid tapi itu panggilan iman,” tandasnya. (*)
Penulis/Editor Sugeng Purwanto