Jadi Ibu yang Terbaik Itu Tidak Instan, laporan kegiatan Pimpinan Daerah Aisyiyah Jember oleh kontributor Kabupaten Jember Humaiyah.
PWMU.CO – Ada yang tak biasa di mushalla yang terletak di lantai dua SMA Muhammadiyah 3 (Smamga) Jember. Satu per satu para siswi memasuki mushalla pada Rabu (16/3/2022).
Kali ini Smamga kedatangan tamu dari Pimpinan Daerah Asiyiyah (PDA) Jember untuk sosialisasi pencegahan stunting. Ratusan siswi pun duduk dengan rapi dan tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Hadir pada kesempatan ini jajaran PDA Jember, perwakilan dari Dinas Kesehatan dan tiga orang mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Universitas Negeri Jember.
Jaga Pola Makan dan Pola Hidup
Ketua Majelis Kesehatan dan Lingkungan Hidup PDA Jember dr Fitriana Putri memberikan penjelasan tentang stunting. Siswi mendengarkan dengan seksama.
“Sudah saatnya anak-anak mengubah mindset tentang calon ibu. Persiapan menjadi ibu yang terbaik harus dimulai dari sekarang. Tidak instan. Tidak ujuk-ujuk. Mulai sekarang harus menjaga pola makan dan pola hidup,” kata dokter berkaca mata ini.
Fitri menjelaskan siswi yang tidak suka makan apalagi tidak suka makan buah dan sayur, jangan terkejut jika akan menderita anemia atau kekurangan sel darah merah. Tanda-tanda terkena anemia lebih dikenal dengan lima L. Yaitu lelah, letih, lesu, loyo dan lunglai.
Cantik Tidak Cukup, Harus Shalihah
Firtri kemudian mengajukan pertanyaan. Istri seperti apakah yang menjadi idaman siswa.
“Anak-anak ingin menjadi istri yang seperti apa ke depannya?” tanya Fitri.
“Menjadi istri yang cantik Bu,” terdengar dengan lantang suara dari barisan belakang. Yang hadir di mushalla pun tertawa.
“Hanya ingin menjadi istri yang cantik saja?” Fitri balik bertanya.
“Kalau hanya istri cantik, tambah umur cantik pun akan memudar. Nah, kalau ingin menjadi istri yang shalihah, harus disiapkan dari sekarang. Kalau ingin mendapat suami yang shalih, harus menjadi wanita shalihah dulu. Dalam al-Quran dikatakan bahwa laki-laki yang baik untuk wanita yang baik juga,” lanjut Fitri.
Sarapan Itu Penting
Fitri juga menerangkan bahwa untuk menjadi pendonor darah harus dalam kondisi yang sehat pula. Jadi jika ada yang tidak boleh mendonorkan darah, itu pertanda bahwa seseorang itu sedang tidak sehat.
Fitri juga menambahkan bahwa sarapan sebelum sekolah sangat penting. Karena asupan gizi saat sarapan menjadi bekal tenaga untuk beraktifitas sepanjang hari.
“Pukul berapapun anak-anak masuk sekolah, tidak ada alasan untuk tidak sempat sarapan. Tergantung pandai-pandai anak-anak mengatur waktu. Kalau saat ini sudah susah makan, bisa dipastikan ketika nanti menjadi ibu, anak-anak kalian juga susah makan. Ayo disiplin sarapan,” tegas dokter yang berdinas di Klinik Suherman ini.
Beda Remaja Jepang dan Indonesia
Dokter yang murah senyum ini menjelaskan perbedaan remaja Jepang dan Indonesia. Kalau remaja Jepang, sebelum sekolah mereka membaca buku terlebih dahulu. Nah, kalau remaja Indonesia apa yang dilakukan.
“Baca HP dulu Bu,” serentak para siswi menjawab dengan kompak.
“Nah, itulah yang menjadikan kualitas remaja Indonesia jauh di bawah Jepang,” tandas Fitri.
Acara sosialisasi stunting di Smamga menjadi kegiatan kedua yang dilaksanakan PDA Jember. Sebelumnya sudah memberikan sosialisasi di SMK Muhammadiyah Jember. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.
.