Di Hari Libur, Siswa Ini Memilih Nguli, oleh Mohamad Su’ud, kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Status dhuafa bagi siswa tidak selalu menjadikannya merasa minder apalagi berdiam diri dan berpangku tangan. Itulah yang dirasakan oleh M. Syifaul Qulub, siswa Kelas X SMK Muhammadiyah 6 Modo Lamongan Jawa Timur.
Walaupun sudah mendapatkan beasiswa penuh dari sekolah sampai lulus, termasuk biaya makan, namun tetap saja jiwa kerja keras Asif—panggilan keseharian—muncul.
Tanpa sepengetahuan teman-temannya, Asif setiap hari Sabtu dan Ahad, sering ikut mreman atau nguli (kerja serabutan). Hal itu diketahui secara tidak disadari dari foto waktu bekerja di-postingdi stroy WhatsApp oleh temannya. Beberapa guru dan kawan Asif merespon positif dan kagum.
“Daripada libur, mending saya gunakan untuk bekerja, buat tambahan jajan,” kata Asif polos kepada PWMU.CO.
Yunita Wahyu Syafitri, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMKM 6 merespon positif. “Kalau menurut saya bagus, selagi dia masih bisa membagi waktu antara sekolah dan dan pondoknya. Anak-anak yang seperti itu yang harus di motivasi terus dan di berikan reward,” kesannya ketika dihubungi via chat WhatsApp.
Wisnu Adit Tya, salah satu teman Asif memberikan kesaksian bahwa Asif anak yang rajin, tidak banyak bicara, dan jujur. Hal sama juga didisampaikan oleh teman putri, Hanum Efriska Ghinasti. “Asif anak yang pekerja keras,” kata siswa asal Laren.
Hal senada juga disampaikan oleh Ustadz Abdullah, Pengasuh Pondok Pembangunan Muhammadiyah Modo. Menurutnya manusia itu memiliki potensi dan kesempatan yang sama pula, maka tidak boleh menyerah dan harus terus berusaha mendapatkan yang terbaik dan jadilah unik.
Secara khsusus mudir pondok ini memberikan motivasi kepada Asif, “Saat dirimu bekerja, agar kamu terlihat bermanfaat. Lebih baik menjadi aneh namun bermanfaat, daripada ikut-ikutan kebanyakan orang tapi merugikan,” tutur alumnus Universitas Muhammadiyah Surabaya tahun2018 ini.
Kepada santri-santrinya, Abdullah berpesan agar semua santri mengunakan waktu senggangnya untuk bekerja keras dengan keringat sendiri, namun harus bisa mengatur waktu dengan baik.
Keseharian Asif
Asif, remaja asal Sedayulawas, sejak kecil ditinggal oleh kedua orang tua merantau. Sampai detik ini Asif belum pernah melihat wajah orangtua yang dulu melahirkannya. “Saya tidak tahu ayah saya di mana. Tapi ibu bekerja di Malaysia, pernah sempat komunikasi,” tutur Asif dengan suara lemah.
Sebelum melanjutkan sekolah di SMK, Asif tinggal bersama kakeknya, yang lima bulan lalu telah meninggal dunia. Waktu mendaftarkan diri ke SMK dia diantar oleh kakak iparnya, sambil memasrahkan sepenuhnya kepada sekolah tentang pendidikan Asif.
Asif tinggal di Pondok Pembangunan Muhammadiyah Modo, satu kompleks dengan SMK. Sehari-hari menghabiskan waktunya di pendidikan formal SMK dan di pondok untuk menghapal al-Quran bersama santri yang lain. Kini Asif sudah memiliki hapalan mutqin juz 30 dan berlanjut ke juz 29.
Asif sering mendapatkan giliran untuk menjadi Imam sholat. Suaranya merdu dan lembut. Ketika dipuji, Asif hanya tersenyum simpul, tidak berkata apa-apa. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni