PWMU.CO – Uniknya celengan kayu buatan santri SPEAM Kota Pasuruan. Celengan kayu ini diberikan oleh Kepala SPEAM Rozzaqul Hasan kepada Kepala SD Al-Kautsar Kota Pasuruan Mustakin.
Rozzaqul Hasan memberikannya sebagai cinderamata usai menyampaikan hal ihwal kepesantrenan kepada wali murid kelas VI SD Al-Kautsar, Sabtu (19/3/2022).
Aula Khodijah Lantai 2 sebagai tempat acara tampak penuh. Kursi yang disediakan terisi dari barisan depan hingga belakang. Wali murid perempuan mendominasi jumlah yang hadir. Wali murid laki-laki hanya menempati beberapa kursi di barisan depan.
Waktu di handphone menunjukkan pukul 08.05 wib. Mustakin selaku tuan rumah mengambil mic putih dihadapannya, menyapa wali murid dan mulai membuka acara. Ia kemudian memanggil satu siswanya membacakan ayat al-Qur’an dihadapan wali murid. Bacaannya bagus membuat semua yang hadir takjub.
Menurut Mustakin, dirinya merasa senang bisa berjumpa kembali dengan wali murid SD Al-Kautsar. Sudah dua tahun lamanya tidak bisa mengadakan pertemuan akibat pandemi Covid-19.
“Bapak dan ibu bisa melihat rangkaian kegiatan siswa kelas VI dari ujian sekolah hingga wisuda di layar. Sebanyak 44 persen lulusan SD Al-Kautsar di tahun pelajaran 2020-2021 melanjutkan ke pondok,” ungkapnya.
“Selebihnya melanjutkan ke SMP Negeri, MTs Negeri dan SMP Swasta. Nanti setelah kelulusan, jika bapak dan ibu belum mendaftarkan putra-putrinya maka sekolah siap membantu,” tambahnya.
Paradigma Baru Pesantren
Di sela acara, Kepala SMP SPEAM Rozzaqul Hasan mendapat kesempatan memandu empat santrinya memberikan testitomi mengenai Sekolah Pesantren Entrepreneur Al-Maun Muhammadiyah (SPEAM).
“Keempat santri yang tampil adalah lulusan SD Al-Kautsar. Tujuannya menambah referensi wali murid kelas VI tentang pondok pesantren.
Menurutnya dahulu anak-anak yang masuk pondok adalah anak yang sulit diatur. Orang tua kadang menggunakan pondok untuk menakut-nakuti anaknya.
“Nek nakal-nakal engko tak pondokno. Kalau kamu nakal nanti saya masukkan ke pondok,” ujarnya menyontohkan disambut tawa wali murid.
Sekarang, lanjutnya, paradigma ini sudah berubah. Orang tua lebih tertarik memondokkan anaknya, bisa dilihat dari data lulusan SD Al-Kautsar yang melanjutkan ke pondok. Datanya selalu naik setiap tahun.
Tak Perlu Dipecah untuk Membuka
Usai menyampaikan testimoni, dia dan keempat santrinya izin undur diri kepada Mustakin dan wali muridnya. Dia memberikan celengan kayu buatan tangan santri sebagai cinderamata.
“Keunggulannya selain buatan tangan santri, celengan ini tidak perlu dipecah untuk membuka, tahan lama dan desainnya unik. Tidak menggunakan engsel dan gembok, serta identitas pemilik bisa disematkan pada bagian luar celengan,” jelas Rozzaqul Hasan. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.