PWMU.CO – Isu kesetaraan gender yang pernah booming sebagai topik seminar-seminar, sejatinya sudah disinggung dalam Alquran. Dra Luluatul Ummah menyampaikan hal itu dalam Forum Corp Mubaligh Aisyiyah (CMA) Pimpinan Daerah Aisiyah (PDA) Kota Malang, di Masjid Insan Karim Merjosari, Lowok Waru, Malang (20/1).
Menurutnya, ada 5 poin ‘kesetaraan gender’ yang ada dalam Alquran. Pertama, kesetaraan dalam hal ibadah. “Maksudnya tidak ada perbedaan bagi perempuan dan laki–laki dalam kaitannya dengan ibadah sebagaimana dijelaskan surat Annahl ayat 97 dan Annisa ayat 124,” ungkap Luluk, panggilan akrabnya.
(Baca: Jadi Mubalighat Tamu, Anggota Dewan Ini Bahas Dampak Medsos pada Keluarga Indonesia)
Kedua, kata Luluk, laki–laki dan perempuan sama–sama sebagai khalifatullah fiil ardi. “Kemampuan dalam pengelolaan hasil bumi telah sama–sama dimiliki oleh kaum laki–laki dan perempuan seperti penjelasan surat Albaqarah ayat 30 dan Attaubah ayat 71,” tegasnya.
“Ketiga, ketika diciptakan, Adam dan Hawa, sama–sama mempunyai kewajiban seperti yang diperintahkan oleh Allah.” Keempat, Luluk melanjutkan, laki-laki dan perempuan sama–sama mempunyai potensi untuk berprestasi. “Ini saperti terdapat dalam surat Annisa’ ayat 124 dan Annahl ayat 97. Dan yang kelima, adalah laki–laki dan perempuan memiliki kedudukan setara di mata hukum,” jelasnya.
Sementara itu, Dra Umi Salamah menyampaikan materi tantangan keluarga di era globalisasi. “Sakinah itu artinya ketenangan. Dalam Islam, konsep itu terdapat pada surat Attaubah ayat 26, Albaqarah ayat 248, dan Alfath ayat 18.” Landasan pembentukan keluarga sakinah, kata Umi, harus bertumpu pada ketauhidan. “Adapun asas keluarga sakinah terdiri dari asas karomah insaniyah, hubungan kesetaraan (asas keadilan), mawaddah, dan pemenuhan kebutuhan kehidupan.” Sedangkan kebutuhan dasar keluarga, tambah Umi, adalah kebutuhan spiritual, pendidikan, ekonomi, hubungan sosial, kesehatan, dan pengelolaan lingkungan.
Hj Sungkanah SH MHum sangat senang dengan metode ini. “Ditampilkannya mubalighat senior dan pemula tidak lain hanyalah untuk saling belajar dan melengkapi segenap kekurangan.” Menurutnya, audience juga harus aktif bertanya untuk bisa merangsang kemampuan pribadi masing- masing. “Saya bangga sekali dengan banyaknya kader mubhalighat. Semoga semua bisa istiqomah dalam perjuangan Aisyiyah,” tegas Dosen Syariah UMM itu.
Forum CMA rutin diadakan tiap tiga bulan sekali. Inilah salah satu cara Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Malang meningkatkan kualitas para mubalighatnya. “Dengan tempat dan pemateri yang digilir di antara para mubalighat itu, forum ini—selain menjadi ajang silaturahmi—juga jadi wahana peningkatan kualitas diri,” kata Ketua Majelis Tabligh PDA Kota Malang Nur’Aini Al Mascati saat ditemui PWMU.CO di sela-sela acara. (Uzlifah)