PWMU.CO– Sekolah rasa pesantren. Itu suasana memasuki area SD Muhammadiyah 1 Karanggeneng Lamongan yang dikenal dengan sebutan SD Musaka.
Suara hafalan al-Quran dan mengupas makna ayatnya terdengar tiap hari di sini. Sekolah ini juga punya banyak prestasi mulai tingkat kecamatan, kabupaten sampai nasional.
Hari itu Jumat (11/3/2022), Shafa Bunga Anindya siswi kelas 2 SD Muhammadiyah 1 Karanggeneng melakukan Tasmi’ atau Sima’an juz 30 dalam sekali duduk di Masjid Al Muttaqin Karanggeneng. Masjid yang satu kompleks dengan sekolah rasa pesantren ini.
Dia sedang sima’an di hadapan 46 siswa dan guru. Dia lalu membaca surat an-Naba’ sampai an-Naas bil ghoib. Sementara teman-teman dan gurunya menyimak. Mengoreksi kalau ada yang salah baca. Membaca bil-ghaib itu artinya tanpa melihat mushaf al-Quran.
Walaupun sedikit grogi yang tampak di raut wajahnya, akhirnya Bunga dapat menyelesaikan sima’an hafalan Juz Amma dengan baik dalam tempo 30 menit.
Shafa Bunga Anindya bersyukur telah hafal juz 30. Dia mengucapkan terima kasih kepada ustadz dan ustadzah yang membimbingnya menghafalkan al-Quran.
”Semoga dengan hafalan al-Quran saya bisa mengantarkan orangtua ke surga,” katanya. ”Saya berdoa sekolah ini sukses melahirkan hafidh Quran,” tambah dia.
Metode Talaqi
Kepala SD Musaka Delmin SAg SPd menuturkan, sima’an itu salah satu program untuk menjaga kualitas kekuatan hafalan siswa. Sima’an satu juz dalam sekali majelis.
”Kualitas hafalan yang kuat perlu metode yang baik, dukungan sekolah terutama dukungan dan usaha orangtua di rumah. Karena banyak waktu bersama keluarga daripada di sekolah,” katanya.
Ustadz Delmin menerangkan, metode hafalan yang dipakai adalah metode talaqi. Yaitu seorang guru mentalqinkan ayat yang kemudian diikuti oleh siswa. Berulang-ulang sehingga siswa benar pengucapannya. Setelah itu diulang-ulang mandiri sampai hafal. Jadi tidak membaca mushaf.
”SD Muhammadiyah 1 Karanggeneng yang baru memasuki tahun ketiga ini, sebagian besar siswa mampu mengikuti metode talaqi ini. Namun masih ada PR beberapa anak yang masih susah membaca al-Quran,” ujarnya.
Untuk mendukung program itu sekolah ini punya guru hafidh 30 juz dua orang yaitu Ustadz Delmin, lulusan Ma’had Isy Karima Karanganyar Jawa Tengah sekaligus sebagai kepala sekolah dan Ustadzah Nanda Uzlifatul Jannah, alumnus Pondok TahfidhMu al-Badar Yogyakarta. Dia pengampu bagian tahfidh.
Dia menerangkan, targetnya siswa lulus dari SD Musaka minimal hafal lima juz dan 200 hadits pilihan. ”Satu juz Quran ditargetkan hafal satu tahun. Lama karena siswa juga mengikuti pelajaran full sesuai kurikulum Kemendikbud dan Muhammadiyah,” ujarnya.
Walaupun begitu sudah banyak siswa yang hafal lebih dari satu juz. Paling banyak hafalannya adalah Nawal Azard Avilyani, siswa kelas 3. Dia hafal juz 30, 29, 28 dan 1/2 juz 27.
”Sekolah ini juga mengembangkan kurikulum hadits dan bahasa untuk mencapai visi dan misi sekolah,” tuturnya.
Keluarga besar SD Muhammadiyah 1 Karanggeneng tampak bersemangat menyiapkan generasi Qurani. Menciptakan suasana sekolah rasa pesantren.
Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Sugeng Purwanto