NA Jatim Segera Luncurkan Desa Tangguh Bebas Stunting. Liputan Yunia Zahrotin Nisa‘, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Sekitar pukul setengah delapan malam, rapat dimulai. Sudah tampak beberapa orang hadir di ruang virtual zoom meeting malam itu. Perwakilan Pimpinan Wilayah Nasyiatul Aisyiyah (PWNA) Jatim, Pelayanan Remaja Sehat Milik Nasyiatul Aisyiyah (Pashmina) Jatim dan PDNA Kabupaten Malang duduk bersama dalam forum zoom, Ahad malam (20/3/2022).
Pilot Project Desa Tangguh Bebas Stunting
Forum zoom meeting yang dihadiri kurang lebih tujuh belas peserta ini membahas kerjasama program pilot project desa tangguh bebas stunting di Desa Wiyurejo Kecamatan Pujon Kabupaten Malang.
“Malam ini kita akan menyamakan persepsi dan tujuan, serta pembahasan alur program,” kata Rifka Fatimatuz Zahro mengawali pertemuan.
Anggota Departemen Kesehatan PWNA Jatim yang ditugaskan sebagai penanggung jawab (PJ) program stunting ini menjelaskan, rencana alur pelaksanaan program desa tangguh stunting, diawali dengan melakukan identifikasi masalah dan mengumpulkan data dengan analisis situasi.
Analisis situasi dapat dilakukan melalui assessment data dan wawancara. “Kita dapat melakukan wawancara misalnya kepada tokoh agama, tokoh masyarakat, bidan desa, tenaga kesehatan puskesmas, masyarakat setempat,” kata Rifka menjelaskan.
“Setelah itu kita lakukan perumusan program, pembuatan proposal, survey lapangan dan audiensi, sosialisasi program, pelaksanaan program, dan terakhir evaluasi,” lanjut Rifka.
Harapan Ketua Depkes PDNA Kabupaten Malang
Rahma Ismayanti, Ketua Departemen Kesehatan Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Malang menanggapi baik rencana program pilot project desa tangguh bebas stunting.
“Topik bahasan ini telah kami soundingkan kepada para pimpinan pada Rakerpim (Rapat Kerja Pimpinan) bulan Desember lalu, dan dengan mengucap bismillaahirrohmaanirrohiim kami menyambut baik ajakan yunda-yunda PWNA untuk melaksanakan program penanggulangan stunting di desa yang telah ditunjuk yaitu Desa Wiyurejo Kecamatan Pujon,” sambung Rahma.
“Monggo kita susun bersama rancangan pelaksanaan programnya. Semoga Allah SWT selalu memudahkan dan menguatkan langkah kita dalam perjuangan ini,” tutur kader nasyiah yang berasal dari kota Soto ini.
Agar pelaksanaan program ini lebih terbantu dan lebih cepat mencapai tujuan, PDNA Kabupaten Malang berharap bisa berkolaborasi dengan instansi yang lain. Contohnya universitas atau sekolah tinggi yang basic mahasiswanya dari kesehatan atau pemberdayaan masyarakat.
Awal Kisah Nasyiah Konsen Menggarap Isu Stunting
Nasyiatul Aisyiyah mulai konsen ke stunting tahun 2017. Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA) mendeklarasikan saat Tanwir di Banjarmasin dengan gerakan zero stunting.
Menanggapi isu tersebut, NA Jatim merumuskan Tim Pashmina dan juga Tim stunting yang secara khusus dibentuk untuk menggarap program program atau isu isu terkait stunting.
PWNA Jatim mendapat kepercayaan untuk menandatangani nota kesepakatan atau MoU dengan Dinas Kesehatan (Dinkes) Jatim. Kesepakatan dan perjanjian mengenai penurunan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian Balita (AKB) dan stunting.
Hal tersebut dijelaskan Hanif Muallifah, Koordinator Pashmina Jatim.
“Dinkes menunjuk nasyiah karena nasyiah dianggap konsisten pada apa yang menjadi garapannya yaitu stunting. Sehingga Alhamdulillaah sampai saat ini kita masih konsen menggarap stunting,” tandas Hanif.
Bukan Sekedar Gerakan Narasi, Tapi Aksi
Hanif menambahkan, beberapa waktu yang lalu Departemen Kesehatan PWNA Jatim bersama tim Pashmina Jatim mengadakan pelatihan Fasilitator Keluarga Muda Tangguh (FKMT) bebas stunting selama 3 hari.
“Saya harap PDNA tidak salah tafsir, sehingga tidak terjebak hanya pada gerakan narasi, tapi juga pada gerakan aksi,” jelas kader asli Lamongan yang kini berdomisili di Jogjakarta itu.
“Gerakan narasi sudah lama kita lakukan dalam bentuk membuat flyer, tulisan, tujuannya untuk pencegahan stunting dan pengedukasian ke masyarakat,” lanjutnya.
Menurut Hanif, pelatihan FKMT bebas stunting yang sudah terselenggara lebih pada tujuan jangka panjang atau dikenal SDG’s (Sustainable Development Goals) yaitu pembangunan yang berkelanjutan.
“Berangkatnya dari SDG’s mengambil program yang bersifat pemberdayaan,” Hanif menjelaskan.
Alasan Memilih Desa Wiyurejo
Bermula dari pertemuan di Dinas Kesehatan Jawa Timur, NA Jatim diminta memberi perhatian lebih pada Kecamatan Pujon. Sebagai daerah yang masuk jajaran penghasil susu sapi terbesar di Jatim, angka stunting di sana cukup signifikan.
Atas dasar informasi tersebut, Depkes PWNA Jatim dan Tim Pashmina menunjuk Desa Wiyurejo Kecamatan Pujon sebagai pilot project program desa tangguh bebas stunting.
Perilaku masyarakat di sana, masih menganut pada pola pikir bahwa susu yang dihasilkan hanya untuk dijual atau tujuan profit dan tidak menyisihkan untuk kebutuhan konsumsi pribadi.
“Ambillah contoh peternak sapi, hasil susunya dijual, hasil penjualan susu dibelikan mie instant,” kata Hanif.
“Di situlah kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat. Kalau di Muhammadiyah dikenal dengan dakwah kultural,” pungkas istri dari pendiri Yayasan Ta’awun Indonesia ini. (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni