PWMU.CO– Gerakan Perempuan Mengaji (GPM) digelar Pimpinan Cabang Aisyiyah (PCA) Wringinanom Gresik, Ahad (20/3/22).
Pekan ini bertempat bertempat di Masjid an-Nur. Pimpinan Ranting Aisyiyah (PRA) Kandangasin sebagai tuan rumah. Peserta ibu-ibu Aisyiyah dari tujuh ranting dan PCNA Wringinanom.
Hadir sebagai pembicara anggota Departemen Kader Pimpinan Cabang Nasyiatul Aisyiyah (PCNA) Wringinanom, Dita Alfani Rusyilawati.
Dita membuka ceramah dengan pesan seorang muslim pasti memiliki cita-cita dan tujuan yang sama yaitu menuju surga. Salah satu jalan tersebut adalah menuntut ilmu.
“Ibu-ibu berangkat ke sini itu termasuk manusia pilihan, karena banyak ibu-ibu disana yang masih sibuk dengan cucian, bersih-bersih rumah,” tuturnya.
Mengutamakan untuk menghadiri majelis, sambungnya, akan dibayar oleh Allah dengan surga. Ia menyitir hadits Rasulullah saw tentang menuntut ilmu yang berbunyi
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
Artinya, siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga. (HR Muslim No. 2699)
“Apa yang kita lakukan sekarang tidaklah rugi, rombongan naik mobil berdesakan, ada yang boncengan naik motor, dan ada yang sambil gendong bawa anak. Semuanya insyaallah tidak akan sia-sia yang akan dibayar oleh Allah dengan surga,” tuturnya.
Tiga Kabar Gembira
Dia menjelaskan hadits mengutamakan menghadiri majelis ilmu yang berbunyi :
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ تَعَالَى يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمْ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمْ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمْ الْمَلَائِكَةُ وَذَكَرَهُمْ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah membaca kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR Muslim No. 2699)
Jadi, kata dia, Rasulullah saw memberi kabar gembira kepada seseorang yang berkumpul di rumah Allah kemudian ia membaca al-Quran akan diberi hati yang tenang (sakinah). Itu kabar gembira pertama.
Kedua, lanjutnya, orang yang berada di majelis ilmu akan dinaungi rahmatNya.
Ketiga, saat berada di majelis ilmu, ruang itu akan terasa sesak karena ada malaikat berebut tempat di sisi orang yang mempelajari al-Quran.
“Nama kita jika disebut atau dipanggil pejabat kita terasa bangga dan senang, apalagi Allah yang menyebut nama kita,” tandasnya.
Penyakit Pandangan Mata
Selanjutnya ia membahas penyakit yang ditimbulkan oleh pandangan mata. Penyakit ain itu namanya. Yaitu penyakit berupa iri dan hasad karena memandang sesuatu akhirnya menganggap negatif.
Orang yang terkena penyakit ain akan mengalami gangguan bahkan kematian. Sebagaimana dijelaskan oleh al-Lajnah ad-Daimah dalam fatwanya sebagai berikut:
مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين
Artinya: Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut. (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
“Contoh, ketika sesuatu kita pandang berdampak buruk, timbul iri, dan tidak suka. Melihat tetangga beli mobil muncul rasa iri, melihat teman cantik merasa rendah diri ingin secantik dia, itulah tanda-tanda penyakit Ain,” terangnya.
Ia memaparkan dampak dari penyakit tersebut bisa membuat sakit hati, karena terus kepikiran dan akhirnya sakit badannya.
“Bagaimana cara kita menghindari penyakit tersebut?” tanyanya. “Jawabannya, pertama, banyaklah menuntut ilmu,” terangnya.
Kedua, memuji sesuatu keindahan awali dengan ucapan masyaallah.
“Bertemu teman yang gendong anak bayi lucu dan gemuk, ucapkan masyaallah, Bu. Jangan langsung towel dan bilang waw gemoy,” tuturnya.
Ia menceritakan, ada sahabat laki-laki Rasulullah mandi di sungai. Sahabat lainnya melihatnya dan membandingkan kulitnya dengan sahabat tersebut. Memuji dia tanpa ucapan masyaallah. Akhirnya sahabat yang memuji tersebut sakit.
Berita tersebut terdengar sampai ke telinga Rasulullah. Rasul memerintahkan untuk meludah dan bertaubat serta meruqiyah dirinya sampai akhirnya bisa sehat semula.
“Ain itu benar-benar nyata. Ada cerita seorang muslimah yang memposting foto suaminya. Teman muslimahnya memuji suaminya ganteng dan pandai. Akhirnya mereka saling suka. Singkat cerita rumah tangga wanita tersebut berantakan berujung cerai,” jelasnya mengingat peserta Gerakan Perempuan Mengaji.
Mengobati Penyakit Ain
Dia menjelaskan cara mengobati penyakit ain. Pertama, mendoakan anak kita semoga tidak terkena kejahatan mata. Dengan doa
أُعِيْذُكَ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّةِ، مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ وَهَامَّةٍ، وَمِنْ كُلِّ عَيْنٍ لَامَّةٍ
“Aku memohon perlindunganmu dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, dari segala gangguan setan, binatang penggangu, dan dari pandangan mata yang buruk.”
Kedua, dianjurkan tidak menceritakan kelebihan anak kita kepada orang lain.
“Anakku dapat juara mewarnai. Jadikanlah peristiwa itu sebagai dokumentasi pribadi saja ya Bu. Karena tidak semua orang suka dengan apa yang kita banggakan,” ujarnya.
Ketiga, meruqyah anak dengan membaca surat al-Ikhlas, an-Naas, dan al-Falaq.
“Ketika menggendong anak atau membelai baca kalimat thayyibah, karena kejahatan setan bisa lewat pintu mana saja selagi kita lengah,” katanya menutup acara Gerakan Perempuan Mengaji. (*)
Penulis Kusmiani Editor Sugeng Purwanto