PWMU.CO – Perlunya bijak di media sosial menjadi materi tausiyah yang disampaikan oleh Ustadz Muh Khoirul Abduh SAg MSi pada Pengajian Sang Fajar PCM Tambaksari, Ahad (20/3/2022).
Dalam paparannya, Ustadz Abduh, demikian panggilan akrabnya menyatakan, media sosial dapat diibaratkan pisau bermata dua, dapat menjadi positif atau negatif. Dia pun merujuk Surat Ali Imron ayat 103.
“Al-Quran melarang kita berprasangka dan mencari kesalahan, tapi kenyataannya kita terlibat untuk prasangka dan mencari aib orang lain demi konten dan rating bahkan moneytize, sehingga antar kita sulit jadi pemaaf,” kata Wakil Ketua PDM Jombang ini.
Saat ini, lanjut Abduh, hubungan antar manusia di segala lini menjadi tercabik-cabik disebabkan penggunaan media sosial.
“Saat ini, informasi hoaks dapat mempengaruhi sikap, perilaku, dan cara berpikir. Hampir dipastikan penggunaan media sosial memperkeruh ukhuwah persaudaraan umat Islam,” tandas lulusan UIN Sunan Ampel Surabaya ini.
Ukhuwah Islamiyyah Terpecah
Dia pun mengatakan, kenapa umat Islam tidak bisa menjadi menjadi pemimpin (nomor satu) di Indonesia ini? Karena ukhuwah Islamiyah terpecah belah, sehingga kita tidak bisa jadi pemaaf, dan tidak bisa saling menghargai antar saudara seiman.
“Sering kali info yang diupload oleh buzzer direspon berlebihan, padahal hanya bersifat adu domba antar umat Islam. Maka kita ini jangan main-main dengan berita tanpa tahu sumbernya, sehingga harus teliti agar dapat dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT,” tegasnya.
Ustadz Abduh juga mengingatkan, agar umat Islam, khususnya kader, warga, dan simpatisan Muhammadiyah harus bijak dalam menyikapi masalah umat Islam.
“Kita ini sangat lemah dalam analisis dan pemahaman dalam menerima informasi di media sosial. Padahal para buzzer bekerja atas pesanan konten sehingga tersulut emosi atau nafsu syetan. Maka sudah saatnya proses dakwah kita harus dengan melakukan pendekatan multi,” katanya.
Menurutnya, penggunaan serampangan terhadap media sosial dapat merusak ukhuwah islamiyyah yang indikatornya sebagaimana dalam surat al-Hujurat.
“Antara lain, mudah tersulut emosi terhadap suatu berita yang bersifat adu domba antar umat oleh para buzzer, saling ejek, saling caci maki dalam media sosial,, menjadi bukti kakunya pemahaman antar saudara,” jelasnya.
Di akhir tausiahnya, mantan Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Timur 2010-2014 ini mengatakan, dibutuhkan suatu komunitas dalam menganalisa dan pemahaman terhadap suatu berita secara teliti agar tidak sembarangan share tanpa tahu sumber beritanya karena itu akan kita pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Berita Bohong Era Nabi
Sementara itu, Ustadz Edi Purnomo SAg MPsi, Ketua PCM Tambaksari Surabaya menyatakan, dalam Haditsul Ifk atau berita bohong, ketika terjadi isu terhadap Aisyah ra (istri nabi Muhammad SAW) situasi umat menjadi galau dalam menghadapi isu liar tersebut.
“Apalagi saat ini, dalam era disruptif atau serba kacau, isu liar berkembang demikian masif sehingga menimbulkan prasangka, maka dari itulah perlunya bijak bagi kita dalam menggunakan media sosial,” ujarnya.
Pengajian rutin Ahad Pagi Sang Fajar ini diselenggarakan oleh Majelis Tabligh PC Muhammadiyah Tambaksari yang mengambil tema Bijak Dalam Menggunakan Media Sosial bertempat di Masjid Arif Rahman Hakim Jalan Kanser No 2 Surabaya. (*)
Penulis MS Suwaiby Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni