Kisah Tertinggalnya Wingko Babat untuk Oleh-oleh Milad. Laporan Alfain Jalaluddin Ramadlan, Kontributor PWMU.CO Lamongan.
PWMU.CO – Selalu ada cerita di balik aneka penganan khas daerah dalam menyemarakkan Milad Ke-6 PWMU.CO, Sabtu (19/3/22). Pada resepsi yang digelar di Aula Mas Mansur PWM Jawa Timur ini telah tersaji berbagai jajanan khas daerah yang dibawa para kontributor. Di antaranya ada jamu, bonggolan, pare crispy, peyek, kacang ijo, grago, rengginang cumi, jajan pasar, dan gethuk pisang.
Para kontributor juga ada yang membawa bawang hunay, bakpia pathok, jajanan giri, legen panceng, klemben, jubung , gula kelapa, lumpia, samiler, wajik, selei pisang, salad buah, donat, naga sari, dan jumbrek. Selain jajanan tersebut, masih banyak jajanan lainnya yang tersedia. Namun ada yang kurang, karena tidak ada wingko babat tersaji di atas meja.
Wingko adalah makanan tradisional khas daerah Babat, Lamongan. Wingko merupakan makanan sejenis kue yang terbuat dari kelapa muda, tepung ketan dan gula pasir.
Pembuatan wingko babat bisa menggunakan oven maupun wajan teflon. Hasil yang didapat juga sama teksturnya, yakni empuk dengan rasa manis dan gurih. Rasa gurih khas kelapa parut membuat sajian ini cocok untuk kegiatan resepsi Milad Ke-6 PWMU.CO.
Tergesa-gesa Menuju Titik Kumpul
Fathurrahim Syuhadi, kontributor asal Lamongan menceritakan, ketika ada acara-acara Muhammadiyah, dia pasti membawa makanan khas Babat ini. Seperti halnya pada acara Roadshow Milad Ke-6 PWMU.CO Jatim I yang dilaksanakan di Gedung Dakwah Muhammadiyah (GDM) Lamongan kemarin.
Namun, di momen puncak resepsi Milad Ke-6 PWMU.CO yang digelar secara hybrid di PWM Jawa Timur, Rohim justru tidak membawa oleh-oleh satu ini.
“Awalnya memang saya sudah beli wingko di langganan saya yang berada di Babat. Namun saat mau berangkat menuju kampus Umla sebagai titik kumpul, saya tergesa gesa,” katanya.
Karena kesepakatan dari para kontributor Lamongan berangkat menuju kantor PWM pada pukul 06:15 WIB, dan pada saat itu sudah pukul 05:30 WIB, sehingga Rohim terburu-buru menuju Universitas Muhammadiyah Lamongan (Umla).
“Dikarenakan mengejar waktu dan takut tidak dapat bus angkot, akhirnya wingko babat pun tertinggal di rumah,” ucapnya menyesal.
Karena itulah, kata Rokhim, dia lupa tidak membawa wingko yang telah dibelinya khusus untuk memeriahkan jajanan khas tiap-tiap daerah di acara milad PWMU.CO.
“Saya mohon maaf tidak bisa menyajikan wingko Babat di milad PWMU.CO. Padahal sebelumnya ada teman kontributor yang sudah request wingko Babat,” ungkap penulis produktif ini.
Toko Wingko Tutup
Setali tiga uang, M Farid Achiyani juga gagal menghadirkan wingko babat pagi itu. “Sangat disayangkan. Sebetulnya saya sudah berusaha, ternyata tokonya tutup. Biasanya saya pesan dulu, sedangkan untuk acara kemarin undangan terlalu mendadak. Pesan ke tempat lain nanti takut tidak enak,” terangnya.
Farid menyatakan, “Padahal d isana sudah ada jumbrek, suwar-suwir, rengginang cumi, dan lain sebagainya. Tapi rasanya sangat kurang jika belum ada wingko babat di acara-acara Muhammadiyah, khususnya acara media PWMU.CO.”
Kontributor asal Lamongan itu menyatakan, “Kurang afdhal kalau orang Babat tidak membawa buah tangan berupa kudapan yang bernama wingko. Rata-rata orang dari luar kota pasti suka dengan wingko! (*)
Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni