The Power of Kepepet ala Muhammad Yunus oleh Eko Hijrahyanto Erkasi, kontributor Lamongan. Tulisan ini Juara III Lomba Menulis Softnews Milad Ke 6 PWMU.CO.
PWMU.CO– Jurus the power of kepepet pasti keluar ketika orang berada di posisi terdesak alias kepepet. Segera bertindak cepat dengan kekuatan ekstra untuk menemukan jalan keluar. Seperti selama pandemi Covid-19 yang membangkrutkan banyak usaha, karyawan ter-PHK.
The power of kepepet muncul dari Muhammad Yunus ketika usaha konveksinya harus tutup. Pria kelahiran Lamongan 18 Agustus 1972 ini tak pernah terpikirkan usahanya bangkrut gara-gara wabah.
Keputusan pemerintah mengeluarkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) pada awal Maret 2020 membatasi aktivitas sosial masyarakat. Dampaknya pembelajaran sekolah dilakukan secara online.
Selama ini dia banyak menggarap order seragam sekolah. Semenjak sekolah online, seragam sekolah baru tak diperlukan lagi. Termasuk bagi siswa baru. Hampir 100 persen pesanan seragam dibatalkan. Padahal bahan kain sudah dibeli. Stok kain menumpuk. Modal berhenti tak bisa berputar kembali.
Ekonomi keluarganya mulai tersendat. Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Tritunggal Babat Lamongan ini harus putar otak. Mau banting stir usaha apa. Muncul ide berjualan gula pasir. Barang yang selalu dibutuhkan rumah tangga ini pasti laku cepat.
Dengan sisa uang dan tabungan, Yunus kulakan gula pasir. Bisnis percobaan 25 kg dulu. Dia kemas dalam plastik satu kiloan. Dia jual melalui akun Facebook. Harganya lebih murah dari pasaran. Selisih Rp 250.
Prinsipnya untung sedikit asal lancar. Benarlah janji Allah swt di surat ath-Thalaq ayat 3. ”Barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah mencukupkannya.” Tak pakai lama gula 25 kilo habis dalam sehari dibeli oleh tetangga di sekitar rumahnya.
Yunus kulakan lagi. Kali ini 50 kg. Dalam beberapa hari sudah habis. Dia makin bersemangat. Ia mulai menemukan pola usahanya. Terus meningkatkan omzet penjualan. Mulai mencari penyuplai gula di marketplace Facebook. Ia menemukan satu suplier di Duduk Sampeyan Gresik.
Motor Hampir Terguling
The power of kepepetnya memberi energi ekstra. Suami Nur Fadh’ul ini berangkat naik motor ke Duduk Sampeyan. Saat itu sudah masuk bulan Ramadhan. Ia kulakan 1,5 kuintal gula pasir.
Tiga karung gula 150 kg itu dia angkut pakai motor. Nekat memang. Kalau sewa mobil keuntungan bakal habis untuk ongkos transportasi.
Di tengah perjalanan pulang posisi karung 150 kg gula tak imbang. Miring. Beban berat menekan motornya. Jika dia terus nekat pasti motornya jatuh. Akhirnya berpikir jika diteruskan risikonya semakin besar. Bisa celaka. Rugi barang dan nyawa.
Sesampainya di daerah Desa Paji Kecamatan Pucuk Lamongan, motornya tak bisa lagi melanjutkan perjalanan pulang. Muatannya sudah terlalu miring. Banyak pengendara lain mengingatkannya. Karena hampir terjatuh. Ia pun berhenti di pinggir jalan. Dia tak kuat mengangkat sendiri beban 1,5 kuintal gula ke posisi semula.
Dalam kondisi tersebut Yunus menghubungi Sony Sandra, Sekretaris Majelis Pelayanan Sosial PCM Babat yang rumahnya di sekitar situ untuk dimintai bantuan.
Sony Sandra datang. Gula pun diangkut ke rumahnya. Yunus akan mengambilnya besok. Namun keesokan harinya justru Sony mengantarkan gula itu ke rumah Yunus karena sekalian menuju ke arah Babat.
Jualan Sembako
Seiring berjalannya waktu Yunus mulai menambah dagangan seperti beras dan minyak. Ia mulai mencari referensi penyuplai terdekat yang mudah diakses. Satu-satunya yang dikenal dengan baik adalah Arif Rahman Saidi, pengusaha mini market Grup Awam.
Ketua PRM Tritunggal ini teringat dulu pernah mengadakan bazar murah bekerja sama dengan Awam Swalayan. Ia berharap bisa mendapat harga barang yang lebih murah untuk menambah dagangannya.
Sayangnya Arif itu tidak bisa membantu keinginannya karena pengadaan barang sudah ditangani kepala toko masing-masing.
Arif yang juga anggota Majelis Ekonomi PDM Lamongan memberikan alternatif lain untuk menambah barang Yunus. PDM Lamongan memiliki amal usaha peternakan ayam petelur di Desa Pucakwangi Babat.
Arif menyarankan Yunus untuk berjualan telur dengan kulakan dari peternak. Sayangnya di sini tidak bisa ambil barang dulu, bayar belakangan. Akhirnya dia ambil hanya 5-10 kg cash. Telur ini sepekan baru habis terjual.
Pelan-pelan pendapatannya mulai mengalir. Penawaran barang lewat Facebook dan grup Whatsapp selalu mendapat respon. Pemesanan terus masuk dan dia siap mengirim ke tempat pemesan.
Usaha terus berkembang. Akhirnya kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) lengkap dia jual. Peluang besar datang menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri tahun ini. Beras zakat fitrah, gula, kue, kurma, minuman bakal ramai permintaan. Dia pun siap-siap menyambut berkah. Sementara mesin jahit dan gulungan kain bahan konveksinya masih menunggu pandemi berakhir. (*)
Editor Sugeng Purwanto