Empat Indikator Inovator
Wanita yang memperoleh Global Fairness Award ini juga menjelaskan tentang manisfestasi yang akan diperoleh anak-anak bila menjadi changemaker sejak dini.
Berdasarkan pengalaman dari para Ashoka yang changemaker dengan inisiatifnya, setidaknya ada empat keterampilan inovator sosial yang akan dimilikinya, yaitu:
Pertama, empati. Melalui program Everyone a Changemaker, anak-anak sejak dini akan terpupuk empati dan rasa kepedulian terhadap berbagai masalah kehidupan. Seperti halnya gambar yang ditujukan oleh interaksi antara seorang laki-laki dan orangutan. “Empati ini sangat penting menjadi dasar bagi seorang change maker,” katanya.
Kedua, kerja sama tim kolaboratif. Melalui program Ashoka, anak akan terlatih untuk berkolaborasi dengan semua pihak untuk membantu mencapai tujuan yang diinginkan
Ketiga, mempraktikkan changemaking. Sebagai seorang pembaharu, anak tidak hanya diguncang dengan fenomena yang dihadapi, tapi sekaligus melaksanakan setiap program perubahanya.
Keempat, kepemimpinan yang baru. Keterampilan kepemimpinan baru yang dimaksudkan adalah kepemimpinan nonstruktural. Keterampilan ini berperan dalam kehidupan anak-anak di mana mereka tidak lagi bertumpu pada satu orang yang memiliki kuasa penuh, tapi harus mengembangkan skill kolaboratifnya.
“Pembelajaran yang benar-benar dirasakan bagi Ashoka Changemaker, kehidupan tidak bisa dijalankan sendiri tapi membutuhkan sikap kolaboratif,” ujarnya.
Kerja Sama Ashoka dengan Muhammadiyah
Penulis buku Bukan Sekolah Biasa ini menyampaikan Ashoka telah bekerja sama dengan Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan didukung oleh Lazismu dalam menjalankan pilot project khususnya untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK tahun 2022.
Pada pilot project program kerja sama antara Majelis Dikdasmen PP Muhamamdiyah, Ashoka dan Lazismu ini akan memfokuskan pada program 5R yang ditujukan untuk guru dan siswa. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun kegiatan yang memungkinkan anak-anak menjadi sang pembaharu.
Langkah-langkah yang akan dilaksankan dalam program 5R meliputi rasa (fokus pada apa yang dimiliki dan yang membuatnya bangga), raih (fokus pada apa yang ingin diwujudkan, apa yang tidak ingin terjadi dan masalah apa yang ingin dituntaskan).
Selanjutnya rancang (fokus pada elemen sukses dan ide), rencana (fokus pada jalan baru dan peluang, inovasi, dan rencana aksi serta tim kolaboratif) serta rawat (berfokus pada keterlibatan semua pihak, konsistensi dan dampak yang akan dihadapi).
Pada akhir sesi, Nani berharap program kolaboratif bersama Muhamamdiyah ini dapat memberikan inspirasi bagi peningkatan kualitas pendidikan di Muhammadiyah.
“Semoga kerjasama ini dapat memberikan inspirasi pendidikan Muhamamdiyah, dan bila memberikan dampak positif akan dikembangkan untuk kalangan lebih luas,” harapnya. (*)
Peran Young Changemaker Menyongsong 100 Tahun Indonesia Emas; Editor Mohammad Nurfatoni