PWMU.CO– Datangi Ibu Kota Majapahit, sebanyak 105 siswa dan 10 guru SMP Muhammadiyah 4 Gadung Surabaya melihat situs dan kisah sejarah masa lalu tanah Jawa.
Rombongan siswa kelas 7 dengan seragam putih rompi ungu, siswa berangkat ke Trowulan, Mojokerto untuk Kegiatan Tengah Semester (KTS), Selasa (22/3/2022).
Tepat pukul 08.15, dua bus yang ditumpangi siswa tiba di Museum Majapahit. Di museum, siswa dibagi menjadi dua kelompok. Tiap kelompok dipandu oleh guide yang menerangkan sejarah, peninggalan, dan kebudayaan Kerajaan Majapahit.
Guide Nuriyana menjelaskan, Museum Majapahit dulu dikenal dengan sebutan Museum Trowulan didirikan oleh RAA Kromodjoyo Adinegoro, Bupati Mojokerto tahun 1894-1916.
”Museum ini dulu didirikan tahun 1924. Tujuannya ada tiga. Sebagai penyimpanan cagar budaya, penelitian, dan rekreasi. Semuanya dibaktikan kepada ilmu pengetahuan dan masyarakat,” tambah Nuriyana.
Datangi Ibu Kota Majapahit para siswa selama 90 menit berkeliling di Museum Majapahit melihat artefak, prasasti, patung. Setelah itu diajak berkeliling candi di Kecamatan Trowulan.
”Karena keterbatasan waktu, nanti hanya ada tiga candi saja yang akan kita kunjungi. Candi Tikus, Candi Bajangratu, dan Candi Brahu,” Jelas Nuriyana.
Terik matahari tak surutkan antusiasme siswa. Meskipun suhu menunjukkan angka 35° Celcius tak menyurutkan semangat siswa tour ke tiga candi itu.
Sarang Tikus
Tiga candi ini terbuat dari bata merah. Kunjungan tiba di Candi Tikus yang berada di Dukuh Dinuk, Desa Temon. Candi ini bangunannya sangat bagus. Berbentuk kotak seperti kolam. Disebut patirtan atau pemandian. Tampak bekas-bekas pancuran air di atas kolam. Di tengahnya ada bangunan candi juga.
Dinamai Candi Tikus oleh masyarakat setempat karena sebelum ditemukan lokasi itu menjadi sarang tikus yang merusak tanaman padi. Setelah digali ternyata ada candi terpendam.
Kemudian ke Candi Bajangratu yang terletak di sebelah selatannya. Candi ini berbentuk pintu gerbang dengan hiasan relief di sebagian dinding.
”Ternyata Candi Bajangratu ini didirikan 12 tahun setelah raja kedua Majapahit Jayanegara wafat. Di candi yang tingginya 16 meter ini, orang zaman kerajaan Majapahit melakukan aktivitas pemujaan,” kata Rania Zahira Rahma, siswa kelas 7C menceritakan.
Sementara Candi Brahu lokasinya terpencar di utara menyeberangi jalan nasional. Dari jalan nasional ini ke utara sekitar 2 km menuju Desa Bejijong.
Candi Brahu ada yang menyebut dibangun zaman Raja Kediri Empu Sindok abad 10 sebagai tempat perabuan jenazah raja. Tapi ada yang berpendapat dibangun abad 15 zaman Majapahit.
Wakasek Kesiswaan SMPM 4 Laili Rahmi bersyukur bisa mengadakan KTS setelah dua vakum tahun karena pandemi.
Menurut guru Biologi asli Gresik ini, kegiatan tengah semester dibagi per kelas. Pembagian ini dilakukan memenuhi protokol kesehatan menghindari kerumunan besar.
Hari Selasa kelas 7 ke Museum Majapahit Mojokerto. Rabu kelas 8 ke Kebun Pak Budi Pasuruan. Kamis kelas 9 Milkindo Kepanjen Malang.
Wali kelas 7B Ari Wahyoelianti menyampaikan, berkunjung ke museum diharapkan siswa belajar sejarah bangsanya. ”Pengetahuan sejarah negeri ini juga penting untuk diketahui siswa,” ujarnya. (*)