Guru-karyawan AUM harus jelas identitas Muhammadiyahnya, liputan Imam Fanani, kontributor PWMU.CO asal Kabupaten Nganjuk.
PWMU.CO – Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Nganjuk menyelenggarakan Darul Arqam Guru dan Karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM), Jumat-Ahad (18-20/3/22).
Mengusung tema “Meningkatkan Komitmen Ber-Muhammadiyah”, kegiatan yang dimulai pada pukul 08.00, itu dihelat di SMK Muhammadiyah 3 Nganjuk dan diikuti 42 guru dan karyawan AUM se-Kabupaten Nganjuk.
Kepala SMK Muhammadiyah 3 Nganjuk Erbowo SPd dalam sambutannya menyampaikan banyak terima kasih, terutama kepada MPK yang mempercayakan AUM yang dipimpinnya untuk menjadi tuan rumah perkaderan ini.
“Selamat datang juga kepada para peserta, terutama bagi yang pertama kali berkunjung ke SMKM 3 Nganjuk, sekolah yang maju, unggul, dan penuh prestasi. Itulah impian kami, semoga Allah meridhai,” ujarnya.
Di sisi lain, Ketua MPK PDM Kabupaten Nganjuk M Lukman Harus SSos pada sambutannya melaporkan, kegiatan ini merupakan kelanjutan dari Baitul Arqam yang diadakan Februari 2021 silam. “Materi yang akan disampaikan juga kelanjutan dari Baitul Arqam, agar tetap tertaut kesinambungan pemahaman peserta,” jelasnya.
Sedangkan secara administratif, tambahnya, Darul Arqam adalah syarat bagi Guru dan Karyawan AUM yang masa kerjanya lebih dari dua tahun untuk dapat mengajukan SK guru/karyawan tetap yayasan (GTY). “Semoga setelah ini, segera bisa diproses pengusulannya, sehingga SK GTY-nya bisa segera terbit,” ulasnya.
Sementara Anggota PDM Nganjuk H Saifullah Al Ali MThI, yang mewakili ketua PDM menyampaikan terima kasihnya pada para peserta. Terutama mereka yang telah hadir, bergabung, dan berjuang di Persyarikatan.
Guru-Karyawan AUM dan Identitas Muhammadiyah
Saiful, panggilan akrabnya, menegaskan semua orang yang terlibat dalam AUM harus selalu meningkatkan wawasan kemuhammadiyahan, keislaman, sosial dan kebangsaan.
“Ketika kita memutuskan Muhammadiyah sebagi tempat kita berjuang, maka wajib bagi kita untuk mengenal dan memahami Persyarikatan Muhammadiyah, juga saling mengenal dan memahami para kader dan pimpinannya,” tegas koordinator MPK PDM Kabupaten Nganjuk ini.
Saiful juga memberikan tips atau langkah-langkah untuk meningkatkan wawasan kemuhammadiyahan. “Pertama adalah ilmu Muhammadiyah, yakni pahami gerakan aktivitas dan metodologi keislaman yang dianut oleh Muhammadiyah,” ungkapnya.
Kedua, kata dia, mengimplementasikan ilmu keislaman dan kemuhammadiyahan dalam aktivitas sehari-hari. “Identitas harus jelas. Tampakkan identitas bahwa kita adalah Muhammadiyah. Jangan ragu, ini organisasi jelas, organisasi senior, lebih tua dari negara ini,” tandasnya lagi.
Dia juga mendorong agar semua guru dan Karyawan AUM untuk mengikuti aktivitas Muhammadiyah di semua level pimpinan. “InsyaAllah itu kegiatan bermanfaat. Tunjukkan, agar lingkungan kita tahu bahwa kita Muhammadiyah,” kata Saiful.
Sedangkan yang ketiga, lanjutnya, adalah totalitas dalam bekerja. Syaratnya adalah niatkan bekerja itu untuk ibadah. Jika niat ibadah sudah muncul, maka yang muncul adalah pekerjaan yang baik dan sempurna.
“Kenapa? Karena dengan adanya niat ibadah, maka pasti ada kesadaran bahwa aktivitas kita diawasi oleh Allah. Jika sudah begitu, saya yakin yang akan kita didapatkan adalah keberkahan,” katanya.
Identitas Umum dan Khusus
Di akhir sambutannya, Pengajar Ponpes Ar-Raudlatul Ilmiyah, Kertosono ini juga menambahkan, saat kita masuk ke Muhammadiyah, maka yang muncul pada diri kita tidak lagi tingkah laku secara pribadi. Namun, sudah membawa identitas Muhammadiyah secara khusus dan Islam secara umum.
“Karena Itulah, pemahaman kita tentang Islam dan Muhammadiyah menjadi penting, agar kita bisa menjaga nama baik Islam pada umumnya, dan Muhammadiyah pada khususnya,” ulasnya.
Pada hari pertama pelatihan MPK menghadirkan tiga narasumber, yakni Saifullah Al Ali MThI terkait materi Metodologi Pemahaman Islam, Wachid Djarwono MSi dengan materi Filsafat Pendidikan Islam, dan Abdul Kholiq MPdI yang membahas tentang Kepribadian Muhammadiyah. (*)
Co-Editor Darul Setiawan. Editor Mohammad Nurfatoni.