PWMU.CO– Kisah kiai Bantul menjadi contoh cara komunikasi dakwah yang disampaikan oleh Prof Dr Khoirudin Basori dosen UMY.
Dia sampaikan itu saat mengisi acara Refreshing Ideologi Muhammadiyah PDM Kota Surabaya yang diadakan di Yogyakarta, Sabtu (25/3/2022).
Acara refreshing ini diadakan oleh Majelis Pendidikan Kader dan Lembaga Pengembangan Cabang dan Ranting PDK Kota Surabaya. Diikuti oleh 60 peserta utusan dari PCM se Surabaya. Hari pertama berlangsung di Bantul.
Guru besar UMY Prof Khoirudin memberikan contoh kisah kiai dan ceramahnya kepada jamaah. Cara penyampaian dan isinya ternyata memengaruhi kesolidan jamaah..
”Ada cerita menarik di Bantul sini. Ada suatu masjid di sekitarnya banyak orang kaya baru dari keluarga muda. Mereka sukses secara materi, namun kurang pemahaman beragama.
Ada kiai yang berdakwah di masjid itu. Dia tegas menerangkan kehidupan beragama. ”Yang pokok dalam beragama Islam itu berzakat. Kalau ada orang Islam tapi tidak berzakat, iku Islam opo …,” kata kiai seperti diceritakan Prof Khoirudin.
Materi dakwah seperti itu, ujar Prof Khoirudin, disampaikan berulang-ulang kepada jamaahnya.
Beberapa hari berikutnya jamaah masjid yang terdiri keluarga muda tadi mulai berkurang. ”Waktu Jumatan mereka datang pas ketika iqomah. Tidak mau mendengarkan khotbahnya,” ujarnya.
Satu contoh lagi dikisahkan Prof Khoirudin tentang keterampilan komunikasi Pak AR Fachrudin sewaktu ke Kalimantan Tengah. Suatu ketika ada masalah Muhammadiyah di sana sehingga harus menghadap gubernur. Ketika tahu gubernurnya orang Jawa, maka Pak AR berbicara dengan bahasa Jawa kromo inggil dan hal-hal yang ada kesamaan dengan gubernur.
“Itulah teknik similarity yang dipakai Pak AR. “Kita harus mencari kesamaan dengan lawan bicara kita. Sehingga akhirnya Pak AR mendapat kemudahan dan masalahpun bisa diselesaikan,” tuturnya.
Pemimpin yang hebat adalah pemimpin yang mampu mendapatkan penghormatan, pengakuan, kepercayaan, dan ketaatan dari masyarakat atau anggota atau bawahan.
Dari cerita ini, sambung Prof Khoirudin, kita perlu belajar cara komunikasi dalam berdakwah. Karena dakwah adalah kewajiban kita semua. Maka cara berkomunikasi juga perlu diperhatikan supaya sukses dakwah.
Menurut dia, dalam manajemen kalau diperas berisi leadership atau kepemimpinan. Inti leadership adalah human relation atau silaturahmi. Inti human relation adalah komunikasi.
Dalam kepemimpinan ada dua orientasi. ”Ada orientasi tugas dan orientasi relasi. Untuk menuju keberhasilan diperlukan keseimbangan keduanya,” tuturnya.
Gaya Manajemen
Dia lantas menjelaskan gaya manajemen. Ada gaya manajemen ala tukang cukur atau tukang bakso. Semua dikerjakan sendiri. Mulai belanja bahan, masak, jualan sampai terima uang.
”Gaya ini mempunyai kelemahan, karena tergantung pada seseorang. Seperti halnya pada pondok pesantren yang mengandalkan pada ketokohan kiai. Begitu sang kiai tiada, kepemimpinan pondok terpengaruh,” ujarnya.
Diterangkan, tujuan manajemen melakukan suatu tujuan dengan bantuan orang lain. Dengan kepemimpinan yang baik, perlu keseimbangan antara tugas dan relasi.
”Maka untuk menyamakan tujuan perlu silaturahmi. Atau perlunya membangun komunikasi yang baik dengan semua. Dengan komunikasi yang baik kita bisa menyuruh orang lain tanpa merasa disuruh,” tandasnya.
Di Muhammadiyah, sambung dia, tidak boleh baperan. Ketika sudah berjuang total tetapi suatu ketika perjuangannya tidak diakui, ya tidak masalah. Ini adalah ujian keikhlasan dalam berjuang di Muhammadiyah.
”Apa yang kita upayakan pasti tercatat baik oleh malaikat. Ibaratnya jejak digital amal kita pasti diketahui oleh malaikat, walaupun orang lain tidak tahu,” tuturnya.
Dia katakan, manajemen yang baik akan melahirkan pemimpin yang punya kelebihan seperti kehormatan, kemampuan, kepercayaan, ketaatan, kesetiaan.
”Kelebihan tersebut tetap melekat, meskipun dia sudah tidak menjabat lagi,” tandasnya. (*)
Penulis Ichsan Mahyudin Editor Sugeng Purwanto