Yang Benar Beramal Soleh, Bukan Toleh, liputan kontributor Sidoarjo Dian Rahma Santoso
PWMU.CO – Sebagai manusia, ciptaan Allah paling sempurna, kita diminta untuk beramal shaleh (baca soleh).
“Karena itu tujuan Allah menciptakan kita semua di dunia,” ujar Rahmad Salahuddin MPd saat memberikan kultum usai shalat Subuh kepada para peserta Baitul Arqam yang diikuti oleh dosen dan tenaga kependidikan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) Sabtu (26/3/2022) pagi.
Pak Udin, sapaan akrabnya, menambahkan, beramal shaleh dalam bekerja di Umsida sangat beragam. “Misalnya, Bapak Ibu dosen harus amanah, waktunya ngajar ya ngajar. Jangan pas waktunya ngajar, malah tidak ngajar tapi membuat laporan ngajar,” tutur dosen senior Umsida itu.
“Ngajar tidak bersungguh-sungguh, memberikan pembelajaran tidak sesuai dengan materinya, juga tidak termasuk beramal shaleh,” imbuhnya saat diwawancara PWMU.CO, usai menyampaikan materi.
Bapak tiga anak itu melanjutkan, tenaga kependidikan harus masuk dan bekerja sesuai jam kerjanya. “Misalnya, karyawan kalau masuknya jam 7 ya setelah ceklok jam 7 itu langsung melakukan aktivitas,” paparnya.
“Jangan jam 7 ceklok, jam 10-an baru bekerja, jam rolas (12) mari (selesai). Ceklok pulang jam papat. Iku jenenge (itu namanya) tujuh kosong empat: ceklok jam tujuh, pulang jam empat, tapi kerjanya tidak maksimal,” terangnya pada puluhan dosen dan tenaga kependidikan Umsida.
Kemuliaan Manusia
Anggota Majelis Dikdasmen Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim itu lantas mengutip Surat ar-Rahman Ayat 14 yang artinya: “Dia menciptakan manusia dari tanah kering seperti tembikar.”
“Manusia diciptakan dari shal-shaalin kal fakhkhar. Tanah hitam pekat kering lagi. Tapi dengan rahmat Allah diangkat menjadi ciptaan paling baik,” terangnya.
Mengutip ayat dari Surat at-Tin Ayat 4, “Laqad khalaknal insaana fii akhsani taqwim”, Pak Udin menjelaskan, lalu disempurnakan lagi dengan diberikan roh dari-Nya kepada manusia. “Maka dengan kondisi yang sempurna itu tidak pantas kalau kita tidak berperilaku yang benar, tidak beramal sholih,” tegasnya.
Dia menambahkan, “Benar itu meletakkan sesuatu sesuai dengan tempat dan porsinya.” Ia lalu mencontohkan sambil memegang kopiah hitam yang dipakai saat memberi kultum.
“Kopiah ini dibuat oleh tukang kopiah untuk keperluan shalat, untuk menutup kepala,” ujarnya.
Sambil menjelaskan, ia memutar kopiah itu 90 derajat. “Jika kopiah ini tidak dipakai sesuai dengan tempat dan porsinya, maka ini tidak disebut sebagai amal shaleh tapi toleh (miring), digawe dodolan (dipakai jualan) sate,” ujarnya disisipi gurauan kecil sambil mempraktikkan cara mengipas sate diikuti riuh tawa segar para jamaah.
Pak Udin menambahkan, sebagai karyawan Umsida, kunci sari keshalehan itu adalah menjalankan amanah sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diberikan. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni