Tabayun dan Pedoman Dasar Penggunaan Media Sosial, liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Teknologi digital yang semakin berkembang seiring berjalannya waktu menghadirkan ruang komunikasi dan media informasi yang tidak lagi terbatas oleh waktu dan jarak, salah satunya adalah media sosial.
Demikian disampaikan oleh Nabila Aulia Arbas Syahrani, siswi kelas IX SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) Gresik dalam kegiatan Kajian Muslimah (Kalimah) yang digelar secara hybrid di Andalusia Hall, Jumat (25/2/2022).
Nabila menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan agar seseorang bijak dalam bermedia sosial. Di antaranya adalah etika bermedia sosial, hal yang pantang dilakukan di media sosial, panduan dasar penggunaan media sosial dan pemanfaatan media sosial.
Menurut Nabila, etika bermedia sosial menjadi hal pertama yang harus diperhatikan karena dalam bermedia sosial segala aktivitas yang dilakukan bisa melibatkan orang lain.
“Jadi meskipun di media sosial itu kita bebas berekspresi dan berpendapat tapi harus diperhatikan batasan dan etikanya. Karena bermedia sosial itu nggak hanya menyangkut diri sendiri ya, tapi juga orang lain,” tuturnya.
Setidaknya ada lima etika bermedia sosial yang perlu diperhatikan menurut Nabila. Yaitu bertutur kata yang baik, tabayun (konfirmasi), menyampaikan informasi dengan jujur, amar makruf nahi mungkar, dan tidak menyebar fitnah maupun kebencian.
Bertutur kata yang baik menjadi etika yang harus diindahkan oleh pengguna media sosial. Hal ini karena berinteraksi di media sosial dihukumi sama dengan berinteraksi di dunia nyata.
Oleh karena itu Nabila menyitir Surat Ali Imran Ayat 159, “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
“Kalau ada postingan yang kita nggak suka, jangan berkomentar yang negatif ya. Kita harus tetap bisa bertutur kata yang baik, meskipun kadang netizen berkata yang tidak baik kepada kita,” jelasnya.
Nabila kemudian menjelaskan etika bermedia sosial: tabayun. Menurutnya tabayun sangat penting dalam bermedia sosial, di mana seseorang akan dengan mudah mendapatkan informasi dari berbagai sumber.
“Seorang Muslim ketika menerima suatu berita, harus dicari dulu kejelasan, kebenaran dan kepastian dari berita yang ia terima,” terangnya.
Baca sambungan di halaman 2: Makna Qaul Zur
Makna Qaul Zur
Ia kemudian menyitir Surat Al-Hujurat ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Nabila menyarankan agar ketika bermedia sosial hendaknya kita menghindari qaul zur yang berarti perkataan yang buruk atau kesaksian palsu. Hal ini karena ia menilai selama ini ada fenomena netizen dengan mudah menerima dan menyebarkan berita hoax yang ini dapat merugikan orang lain.
Nabila juga mengajak agar pengguna media sosial memanfaatkan kemudahan teknologi ini untuk melakukan amar makruf nahi munkar. Hal ini sebagai pengamalan Surat Ali Imran Ayat 104. “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”
Selanjutnya Nabila menjelaskan beberapa hal yang harus dipahami oleh pengguna media sosial, yang ia sebut sebagai panduan dasar menggunakan media sosial.
Di antaranya: menjaga privasi, menghindari hoax, menjaga keamanan akun dan menyebarkan hal positif. Dalam menjaga privasi dan keamanan akun misalnya, Nabila menyarankan agar membuat kata sandi yang tidak terlalu mudah, misalnya dengan nama sendiri atau tanggal lahir.
“Kalau buat password itu usahakan jangan yang terlalu mudah ya, karena akan mudah dibajak dan disalahgunakan sama orang lain. Itu berbahaya ya,” terangnya.
Terakhir, Nabila berpesan agar dalam bermedia sosial sebisa mungkin menghindari beberapa hal berikut: memulai konflik, mengejek orang lain, curhat masalah pribadi, melakukan aksi bullying, dan bersikap terlalu ekstrem.
“Kalau kita punya pendapat dalam hal agama atau politik sebaiknya jangan terlalu ekstrem ya. Karena itu nggak baik. Berusahalah menerima pendapat orang lain yang berbeda dengan kita,” pesannya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni