Memaknai Pekerjaan
Hidayatulloh mengajak dosen dan tenaga kependidikan Umsida untuk memaknai pekerjaan agar tidak terasa hambar. Tetapi menyenangkan.
“Banyak orang yang sudah bekerja tetapi tidak merasakan nikmatnya bekerja. Ada juga yang bekerja dan berada di posisi strategis, tiba-tiba di berhentikan oleh perusahaannya. Kemudian ketika kembali ke lingkungan keluarga dan masyarakat, dia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Banyak hal yang perlu kita syukuri, Bapak-Ibu,” tandasnya.
Oleh karena itu Pak mengajak peserta untuk memaknai pekerjaan. Pertama, kerja itu ibadah, yakni dengan memberikan pemahaman dan pemaknaan yang positif terhadap pekerjaan. “Allah mewajibkan manusia beribadah. Termasuk kerja adalah pengabdian karena itu dalam bekerja perlu serius,” ucapnya.
Kedua, di amenambahkan, bekerja itu panggilan jiwa yang suci, mulai berangkat dari rumah ada panggilan untuk melakukan hal baik.
Ketiga, kerja itu rahmat. “Kerjaan itu harus dimaknai sebagai rahmat. Contoh, ada seseorang yang pontang-panting dalam bekerja. Maka respon yang terbaik adalah bersyukur atas pekerjaan yang kita jalani hari ini,” imbuhnya.
Keempat, kerja itu sehat. “Kerja adalah pengerahan energi bio-psiko-sosial. Akibatnya kita menjadi kuat, sehat lahir dan batin,” ujarnya.
Kelima, kerja adalah aktualisasi diri. “Karena itu perlu bekerja keras agar menjadi sehat dan maksimal, kita sanggup bekerja keras, bukan kerja asal-asalan atau setengah-setengah. Karena kerja itu mengerahkan energi biopsikososial,” terangnya.
Keenam, dalam pekerjaan, menurut Hidayatulloh, tidak hanya memahami diri sendiri tapi juga perlu memahami orang lain. “Paksalah diri Anda untuk memahami orang lain jangan paksa orang lain memahami diri sendiri. Dengan begitu akan terjadi irama yang enak. Ada interaksi sosial,” pintanya kepada peserta.
Kerja Saling Percaya
Selain itu, Rektor Umsida dua periode itu menjelaskan makna ketujuh, kerja saling percaya. Seluruh sivitas akademika wajib saling percaya (mutual trust) untuk menguatkan sinergi.
“Antarpimpinan saling percaya; antarpegawai saling percaya; antara pimpinan dan bawahan saling percaya. Pemilik, penyelenggara, dan pengelola saling percaya. Alhamdulillah kita kerja dari rektorat dan BPH bersinergi dengan baik,” tegasnya.
Kedelapan, kerja itu amanah. “Melalui kerja kita menerima amanah. Sebagai pemegang amanah kita dipercaya. Kita harus kompeten dan wajib melaksanakan amanah dengan sungguh-sungguh dan tuntas,” terangnya.
Kesembilan, kerja itu, lanjut dia, melayani bukan minta dilayani karena Pekerjaan adalah wujud pelayanan nyata bagi institusi, antarunit kerja, maupun orang lain.
“Kemuliaan sejati datang dari pelayanan alam pikiran, di mana kita merasa nyaman dengan tidak memposisikan diri di atas orang lain,” ujarnya.
Hidayatulloh mengatakan, semakin baik kita melayani semakin meningkat kemuliaan kita. Harapannya ketika masyarakat puas maka mereka akan percaya kepada kita. “Kalau percaya dengan Umsida setiap hari mereka akan percaya dengan Umsida. Tugas kita adalah memberikan pelayanan yang terbaik,” jelasnya.
Kesebelas, kerja itu membahagiakan. Bahagia itu, sambung dia, terlihat dari penampilan yang kita tampakkan. Fisik yang sehat menyampaikan aura kebahagiaan.
Sebelum mengakhiri materi, Hidayatulloh berpesan agar kita tidak salah memaknai kompetisi. “Kompetisi bukan di kelompok kita sendiri tetapi dengan kelompok lain, berkompetensi secara positif untuk meningkatkan daya saing Umsida,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/DR