Guru BRIDGE Smamda Surabaya Berbagai Tips Komunikasi Antarbudaya, liputan Eka Haris Prastiwi, kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – SMA Muhammadiyah 2 (Smamda) Surabaya menyelenggarakan kegiatan pengimbasan BRIDGE Australia Indonesia, Selasa (29/3/2022).
Pengimbasan bertema “Intercultural Communication” yang membahas cara berkomunikasi dengan budaya yang berbeda ini diikuti oleh 15 guru Smada Surabaya.
Sebagai narasumber adalah Agung Prasetyo, salah satu guru BRIDGE Smamda Surabaya. Dia menjelaskan, berkomunikasi dengan teman, orang yang berbeda suku, atau siswa sangat berbeda caranya.
“Kita sebagai seorang guru di sini harus tahu cara berkomunikasi dengan, apakah materi yang selama ini kita ajarkan dapat diterima 100 persen oleh siswa,” tutur Agung Prasetya.
Agung menegaskan, Smamda Surabaya sebagai sekolah internasional maka komunikasi tidak hanya dilakukan dengan lingkungan BRIDGE namun dengan seluruh dunia.
“Oleh karenanya pendidik di Smamda harus menguasai komunikasi antarbudaya,” ujarnya.
Agung, melanjutkan, sebelum membahas komunikasi lingkup mancanegara, sangat perlu untuk memahami terlebih dahulu bagaimana cara berkomunikasi dengan teman, dengan yang berbeda suku, dan dengan siswa.
Tips Jagoan Berkomunikasi
Selanjutnya, Agung Prasetyo memberikan tiga prinsip dalam berkomunikasi. Pertama, empati. Yakni kKemampuan untuk lebih memahami dari perspektif pihak yang diajak berkomunikasi.
Kedua, respek. Yaitu sikap saling menghargai. Ketiga, resolusi. Kemampuan untuk bekerja sama mencapai suatu keputusan yang saling menguntungkan.
Menurut dia, selain tiga hal tersebut, ada hal yang lebih utama untuk meningkatkan skillkomunikasi yaitu dengan menciptakan self concept. “Kita harus banyak belajar mendengar.Belajar jadi pendengar yang baik bukan malah terus menjawab padahal lawan bicara belum selesai bicara,” terangnya.
Selain itu, Agung juga menjelaskan tiga penyebab kegagalan berkomunikasi. Pertama,asumsi. Kurangnya pengetahuan atau pengalaman. Kedua, stereotip. Pemahaman umum tentang suatu budaya. Stereotip dapat berguna tetapi seringkali menghadirkan makna yang negatif. Ketiga, prasangka, yakni bias terhadap budaya.
“Kita jangan terlalu cepat untuk melakukan judge berprasangka negatif, sebaiknya tanyakan lebih dahulu pada yang bersangkutan supaya tidak timbul kesalahpahaman dalam berkomunikasi,” tambah dia.
Agung Prasetyo memamparkan, SMA Muhammadiyah 2 Surabaya, telah menjalin kerjasama program BRIDGE Indonesia-Australia sejak tahun 2008. BRIDGE (The Building Relationships through Intercultural Dialogue and Growing Engagement) merupakan suatu program school partnership antara Australia dan Indonesia.
“Program BRIDGE tidak hanya sebatas untuk siswa kelas internasional yang ada di Smamda Surabaya namun juga untuk program nasional dan juga pengajar terpilih sebagai duru BRIDGE,” jelasnya
Ingin ke Australia
Mohammad Zarkasi, salah satu peserta, berharap dia bisa ke pusat BRIDGE di Australia. “Alhamdulilah, soal pengalaman mungkin klise ya, tapi lebih ke pengetahuan baru tentang apa sih yang terjadi di luar sana, khususnya Australia kalau hubungannya dengan BRIDGE,” ujarnya.
“Mudah-mudahan ke depan tidak hanya ikut seminar tapi beneran bisa ke sana,” kesan guru baru di Smamda Surabaya itu.
Tanggapan juga datang dari Rany Gustya. “Smamda memang luar biasa berhasil menjalin school partnership program dengan BRIDGE Autralia,” ujarnya.
Tentunya, sambung dia, akan banyak hal dan wawasan baru yang akan kita peroleh dari program ini. “Harapan saya, semoga Smamda bisa selalu memberikan pengembangan wawasan maupun kemampuan tidak hanya bagi siswa, tetapi juga tenaga pendidik,”ungkapnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/MS