Ada Sejarah PWMU.CO
Bagian utama Editor Killer terdiri atas empat bab: Sekolah Menulis, Pengalaman Pertama Menulis di PWMU.CO, Berkah Menulis, dan Editor Killer. Semuanya mengisahkan bagaimana pergulatan, perjuangan, dan pengalaman editor dan kontributor.
Tulisan berjudul ‘PWMU.CO, Balita nan Lincah dan Menggemaskan’ mengawali bab pertama. Di sini, almarhum Nadjib Hamid bercerita sejarah berdirinya PWMU.CO.
Dengan perjuangan berdarah-darah di bawah Lembaga Informasi dan Komunikasi (LIK) PWM Jatim, PWMU.CO tetap bisa eksis. Tak lain menurutnya karena dukungan kontributor relaban (rela berkorban) yang tersebar di Jatim dan seluruh Indonesia.
Selain itu, ternyata PWMU.CO menjadi sekolah jurnalistik bagi kontributor dari amal usaha Muhammadiyah (AUM). Secara tak langsung, AUM juga dapat mempublikasikan diri. Tidak hanya itu, PWMU.CO memacu semangat para kontributornya dengan memberi kesempatan ikut rihlah dakwah ke luar negeri. Hal itu merupakan bentuk ujrah kepada para kontributor.
Di akhir ceritanya, Nadjib berterima kasih kepada semua pihak. Seperti para perintis dan penerus perjuangan PWMU.CO, baik yang masih bergabung maupun yang sudah mengembangkan diri di tempat berbeda. Dia berharap, jejak hasanah itu menjadi amal jariyah dan mendapatkan ajrun dari Allah Ta’ala.
Sekolah Menulis
Masih di bab Sekolah Menulis, para editor bertutur. Sugeng Purwanto—biasa dipanggil SGP—menekankan perlunya dukungan AUM—seperti sekolah dan rumah sakit—untuk membiayai PWMU.CO dari iklan-iklan mereka.
SGP juga menganggap penting regenerasi dalam PWMU.CO. Akhirnya, portal berita kebanggaan warga Jatim itu merekrut dan mengangkat lima kontributor menjadi co-editor.
Selanjutnya, Fatoni, sapaan Mohammad Nurfatoni, menjelaskan sekolah menulis. Di sini dia juga mengungkap empat metode dalam proses pendidikan menulis. Salah satunya adalah sistem stabilo.
Fakta penting yang Fatoni ungkap dalam tulisannya, dari para kontributor yang membanggakan itulah PWMU.CO memiliki berita sendiri. Tidak bergantung pada media lain. Bahkan beritanya sering dicuri oleh news aggregator.
Pemred PWMU.CO ini juga mengisahkan kontributor yang baper seperti dalam tulisan berjudul ‘Tangis dan Tawa di Balik Berita’. Terungkaplah pengalaman menangis, patah semangat, dan pengalaman lainnya yang tak biasa.
Lain dengan Dhimam Abror Djuraid, jurnalis senior dan dosen pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi Unitomo. Ia menceritakan media massa, baik di Indonesia maupun di luar negeri.
Dengan usia yang tak muda, banyak media massa masih eksis. Menurutnya ini sebuah pelajaran berharga bagi PWMU.CO. “Perlu puluhan tahun bahkan abad untuk membangun tradisi jurnalistik yang mapan. Selain itu, PWMU.CO harus siap untuk selalu menjalankan fungsi jurnalisme dakwah,” tulisnya.
Baca sambungan di halaman 3: Hubungan Unik Kontributor-Editor