Mulai Menulis dengan Basmalah
Kiai Saad mengatakan, gerak kita, tulisan kita, tangan kita itu, insyaallah akan digerakkan, akan bimbing, oleh Allah SWT sendiri. Sehingga seluruh yang ditulis itu akan memiliki kemanfaatan optimal konteks Ii i’lai kalimatillah lidinillah, maupun khidmat kita kepada bangsa dan negara Indonesia.
“Mulailah setidak-tidaknya menyebutkan ungkapan bismillahirrahmanirrahim ketika Sampeyan semuanya itu menulis,” ajaknya
“Tentu, saya juga menyampaikan apresiasi terhadap gagasan untuk apa yang telah disebutkan ‘Sekolah Menulis’. Saya usulkan yang lebih mudah itu bukan sekolah menulis, tapi yang paling mudah itu menulis sekolah. Inysaallah kita semuanya bisa menulis sekolah. Setelah itu, barulah kita berbicara soal sekolah menulis,” urainya.
Yang tidak kalah pentingnya, Kiai Saad mengajak semua komponen yang terlibat di PWMU.CO ini untuk memikirkan langkah berikutnya yang tentu capaian saat ini diapresiasi.
“Tapi karena gerak Muhammadiyah itu mengikuti prinsip istibaqul khairat, sesuai dengan firman Allah SWT fastabiqul khairat, kita harus melihat apa yang ada di depan kita itu punya tekad, suatu hari kita itu akan sejajar dan bahkan kita akan menyalip,” ungkapnya.
Terjemahan Bahasa Asing
Soal literasi dalam dunia IT atau informatika, Kiai Saad menguraikan bahwa kita (Muhammadiyah) masih ketinggalan jauh dengan saudara-saudara dari organisasi keagamaan yang sama, padahal mereka sering dikenal sebagai gerakan yang bersifat tradisional.
“Faktanya untuk konteks penulisan menggunakan IT kita masih ketinggalan jauh. Maka, PWMU.CO harus punya tekad, kita akan melangkah sejajar bahkan akan lebih jauh dengan menyalip semua itu,” pesannya
“Salah satu caranya sudah harus dipikirkan oleh PWMU.CO, ini oleh yang menulis itu, tidak saja menulis dalam bahasa Indonesia. Kalau kemudian tidak menguasai bahasa-bahasa yang asing, hemat saya harus ada penerjemahnya menjadi bagian dari PWMU.CO itu,” urainya.
Tidak saja Bahasa Arab, Inggris, bahkan bahasa dari negara-negara besar seperti bahasa Mandarin, bahasa Jepang, dan sebagainya. “Karena itu adalah tuntutan kehidupan yang bersifat global yang seperti sekarang ini,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/SN