![](https://i0.wp.com/pwmu.co/wp-content/uploads/2021/08/Pradana-Boy-GERIS.jpg?resize=678%2C452&ssl=1)
Cara Positif Memaknai Perbedaan
Karena sikap negatif pada perbedaan itu klise dan membosankan, maka perlu ditawarkan cara positif untuk memaknainya. Misalnya, bahwa perbedaan layaknya disikapi sebagai prasyarat bagi penguatan persaudaraan (ukhuwah). Jika ukhuwah menguat atau dikuatkan pada kelompok yang telah sama, itu sama sekali tiada istimewa. Keistimewaan akan terlihat jika ukhuwah menguat di kalangan mereka yang berbeda.
Dalam menjalankan ukhuwah, tentu ada sejumlah prinsip yang perlu dijalankan. Prof Quraish Shihab menyebut tiga konsep dasar dalam pemantapan ukhuwah, yakni kesadaran tentang at-tanawwu’ fi al-ibadah (keragaman cara beribadah), al-mukhti’u fi al-ijtihad lahu ajrun (yang berijtihad tetapi salah, tetap mendapatkan ganjaran), la hukma lillah qabla ijtihadi al-mujtahid (Allah belum menetapkan status hukum sebuah perbuatan sebelum adanya ijtihad para mujtahid). Rasanya teramat gamblang, tiga aspek itu dapat ditemukan dalam kontroversi awal Ramadhan ini.
Dalam situasi kehidupan global yang semakin kompleks seperti saat ini, memperkuat persaudaraan sesama Muslim, dengan menonjolkan persamaan, jauh lebih penting daripada sekadar terus-menerus beradu argumen yang disertai dengan pemojokan, pelabelan negatif dan, apalagi, klaim keselamatan. Apatah lagi menyangkut penentuan awal Ramadhan yang telah dan akan terulang secara rutin dalam siklus tahunan.
Secara simbolik, pangkal perbedaan awal Ramadhan adalah pada bulan sabit (hilal). Bagi yang berkeyakinan bahwa tanpa melihat bulan sabit secara kasat mata, namun perhitungan ilmiah telah menunjukkannya, dan dengan begitu puasa bisa dimulai; maka jalankanlah keyakinan itu.
Namun bagi yang berkeyakinan bahwa memulai bulan Ramadhan tidak mungkin tanpa melihat bulan sabit secara inderawi, dengan kriteria tertentu, lakukanlah juga keyakinan itu. Tentu, saling menghormati dan bersikap positif atas perbedaan prinsip itu menjadi elemen paling mendasar. Karena tanpa itu, perbedaan akan menjadi alasan pengoyak ukhuwah. Alangkah menyedihkan jika persaudaraan sesama Muslim terkoyak di ujung bulan sabit. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni
.
Discussion about this post