Bagian Jaringan Internasional
Prof Mu’ti menegaskan, Muhammadiyah sudah menjadi bagian jaringan internasional di bidang kemanusiaan, pembangunan, dan program-program lainnya.
Muhammadiyah dan para tokohnya terlibat dalam penyelenggaraan, menjadi anggota, dan berpartisipasi dalam berbagai forum internasional. Di antaranya, Asian Committee on Religions for Peace (ACRP), World Peace Forum (WPF), dan World Conference on Religions for Peace (WCRP).
Ketika bertemu Duta Besar Spanyol, dia bersama Prof Haedar Nashir dan Prof Syafiq A Mughni dari PP Muhammadiyah mengatakan Muhammadiyah sudah ada di Spanyol. Dubes itu lantas menjawab, “We’re really hope that there will be also Muhammadiyah facilities in Spain. We know Muhammadiyah very well!”
Maksudnya, pihaknya sangat berharap juga ada fasilitas Muhammadiyah di Spanyol karena dia sudah memahami kiprah Muhammadiyah. “Kita menjelaskan Muhammadiyah itu seperti menjelaskan Quran kepada malaikat Jibril,” canda Bapak Muhammadiyah Garis Lucu itu.
Citra Positif
Prof Mu’ti pun bersyukur Muhammadiyah di mata masyarakat dunia punya citra positif. Dia teringat dengan Ketua PWM Jatim Prof Dr Saad Ibrahim MA yang beberapa kali mengutip Robert W. Hefner. “Rawahu Kiai Saad an Robert Hefner he-he-he,” candanya.
Hefner—Profesor Antropologi dan Direktur Institute on Culture, Religion, and World Affairs di Boston University—menyatakan, “Muhammadiyah organisasi paling tertib dan dan paling kaya sedunia.”
Kesiapan Sumber Daya Manusia
Kampus Muhammadiyah banyak yang telah menjalin kerja sama dengan kampus luar negeri. “U2U partnership, kerja sama university to university sudah sangat banyak!” ujarnya.
Banyak pula profesor Muhammadiyah yang bekerja dan mengajar di luar negeri. Seperti Wahyudi Akmaliah yang bekerja di National University of Singapore.
Ada pula Ketua PCIM Amerika sebelumnya, Prof Muhammad Ali yang mengajar di University of California, Riverside. Begitu pula dengan ketua yang baru, Ahmad Rofiq PhD.
Kepada mereka, Prof Mu’ti berpesan, “Kamu nggak usah pulang, tetap saja mukim di negara-negara Anda berada sebagai Muhammadiyah diaspora! Kalau ada yang pintar-pintar dari Muhammadiyah-Aisyiyah, beri rekomendasi supaya bisa ke luar negeri.”
Karena itulah, Prof Mu’ti yakin Muhammadiyah punya modal untuk menjadi gerakan internasional. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni