PWMU.CO– Pahala shalat berjamaah dikupas oleh Ketua Majlis Tarjih PDM Situbondo Ustad Syamsuri dalam ceramah Tarawih di Masjid al-Manar Perumahan Panji Permai, Kelurahan Mimbaan, Sabtu (2/4/2022).
”Kesempatan shalat berjamaah dimanfaatkan karena pahalanya diberi oleh Allah seperti pahala shalat semalam suntuk,” kata Ustadz Syamsuri.
Dia menyampaikan materi ceramah itu berdasarkan hadits riwayat dari Abu Dzar berkata, Nabi saw pernah mengumpulkan keluarga dan para sahabatnya. Lalu bersabda,”Siapa yang shalat bersama imam sampai selesai, maka ditulis untuknya pahala qiyam satu malam penuh.” (HR Ahmad)
Disebutkan pula dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. ”Sesungguhnya siapa saja yang shalat bersama imam hingga imam itu selesai, maka ia dicatat telah mengerjakan shalat semalam suntuk.”
Ustadz Syamsuri mengatakan, kita adalah orang yang tidak mampu untuk shalat semalam suntuk tanpa henti. Maka Rasulullah memberitahukan kepada kita cara memperoleh pahala seperti orang yang shalat semalam suntuk dengan cara mengikuti shalat mengikuti imam.
”Kabar gembira ini kita manfaatkan sehingga shalat kita bersama imam tidak hanya berjalan di awal bulan puasa akan tetapi hingga akhir puasa jamaah masjid ini tetap penuh,” tuturnya.
Dia kemudian mengutip surat al-Baqarah ayat 183.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
”Di akhir ayat itu laallakum tattaquun yakni menjadi orang yang bertakwa. Yang perlu kita ingatkan adalah makna bertakwa itu seperti apa. Kita ini berpuasa untuk menjadi orang yang bertakwa,” ujarnya.
Dia menerangkan, di antara penjelasan Ali bin Abi Thalib, takwa adalah orang yang selalu takut kepada Allah, kemudian dia beramal sesuai dengan tuntunan al-Quran.
Dikatakan, orang yang selalu menghitung-hitung dirinya lalu dia beramal untuk kebaikan kehidupan setelah kematiannya. Dia orang yang telah mempersiapkan amal saleh.
Dia mencontohkan, shalat sunnah dua rakaat yang dilakukan di dunia ternyata bermanfaat dalam kehidupan setelah mati. Seperti shalat dua rakaat sebelum Subuh pahalanya lebih berharga daripada dunia dan seisinya.
”Maka orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan diri dengan amal yang baik untuk kembali pada hari esoknya yaitu kematian,” tandasnya.
Karena itu Ustad Syamsuri menyarankan jangan menunda-nunda kebaikan. Kalau bisa mengerjakan perbuatan di waktu sore jangan mengatakan besok saja. Jika sudah pagi maka jangan menunggu datangnya sore.
Kerjakan sesuatu pada hari itu juga hingga selesai. Terkadang seseorang terjebak pada sesuatu selalu mengatakan nanti. Tapi pada akhirnya tidak melakukan apa-apa.
”Kalau kita ingin bezuk teman yang sakit, jangan ditunda dengan mengatakan nanti atau besok saja. Sebab membezuk orang sakit itu didoakan ampunan oleh 70 ribu malaikat,” ujarnya.
Penulis Pandu Anom Nayaka Editor Sugeng Purwanto