Makna Ayat Kedua Al-Fatihah dalam Tafsir At-Tanwir, Liputan Kontributor PWMU.CO Gresik Sayyidah Nuriyah.
PWMU.CO – Selama Ramadhan, ada program spesial di SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik (Berlian School). Yaitu Kajian Tafsir at-Tanwir usai para guru dan karyawan menunaikan shalat Dhuhur berjamaah.
Kajian itu dimulai sejak Senin (4/4/22). Pada kajian perdana, Muhammad Taufiq MPdI—Wakil Kepala Bidang Umum—membedah tafsir al-Fatihah ayat 1, “Bismillahirrahmanirrahim.”
Kini, giliran Aditama SPdI—Wakil Kepala Bidang Pembiasaan dan Pembinaan Karakter—yang melanjutkan kajian tafsir al-Fatihah ayat selanjutnya, Selasa (5/4/22). Ayat kedua: “Alhamdulillahirabbilalamin”.
Sebelum memaparkan tafsir ayat kedua, terlepas beda pendapat yang beredar di kalangan ulama apakah 7 ayat al-Fatihah itu dimulai dari bismillahirahmanirahim ataukah alhamdulillahirabbilalamin, Adi—sapaan akrab Aditama—menyatakan, keduanya memberikan ilmu karena sama-sama memilki dasar.
Pengatur Alam Semesta
Aditama lantas menerangkan, ayat kedua terdiri dari alhamdu memiliki makna hamdan, hamidah, dan ahmad yang berarti segala puji. Kemudian, ada kata lillah (hanya kepada Allah). Selanjutnya, kata Rabb (Tuhan) dan al-alamin (alam semesta).
“Di situ ada Allah, lalu dipertegas lagi ada Rabbil alamin. Kalau ada kata yang bergandengan dan bersamaan, itu berarti ada maksud khusus. Ada Dzat yang Rabbil alamin,” urainya.
Adi menjelaskan, kata Rabb—pada ayat kedua surat al-Fatihah—selain bermakna Tuhan sebagai pencipta dan pemelihara, juga bermakna sebagai pengatur alam semesta dan yang mengakhiri kehidupan di dunia ini.
Berbekal buku Tafsir at-Tanwir oleh Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Adi mengungkap, Allah mencipta kehidupan di alam semesta ini dengan rancangan yang agung, bukan tercipta seperti gambaran teori evolusi ataupun secara kebetulan saja.
Untuk itu, Adi menekankan, sepatutnya kita menyanjung Allah sebagai Tuhan semesta alam. “Allah yang memelihara, mendidik, mengayomi semua yang ada, maka kita harus memuji Allah sebagai hamba-Nya,” tuturnya.
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya itu menegaskan, “Inilah Allah yang janjinya pasti terjadi dan akan terlaksana, tidak ada yang batil.”
Baca sambungan di halaman 2: Janji Allah Itu Pasti