Tauhid dan Syirik: Keadilan Vs Kezaliman, liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Iman itu percaya kepada adanya Allah. Percaya bahwa Allah punya malaikat. Allah mengutus para nabi dan rasul. Allah memiliki kitab-kita. Percaya kepada akhirat. Percaya kepada ketentuan-ketentuan Allah yaitu qadha dan qadar-Nya.
“Jadi iman yang enam itu. dan iman yang enam itu puncaknya adalah tauhid.”
Demikian disampaikan oleh Dr M Saad Ibrahim MA dalam kegiatan Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB, di Cordoba Convention Hall SMA Muhammadiyah 10 GKB, Jumat (8/4/2022).
Saad menjelaskan, tauhid berasal dari bahasa Arab yang merupakan kata kerja wahhada-yuwahhidu-tawhidan yang artinya mengesakan.
“Wahhada artinya meyakini tentang sesuatu itu bersifat tunggal. Atau mentauhidkan. Mengesakan Tuhan. Mengesakan Allah. Itu tauhid,” paparnya.
Saad menekankan, meskipun tauhid secara bahasa merupakan hubungan antara manusia dengan Allah, namun tauhid memiliki implementasi dalam konteks dengan sesama manusia.
“Sekalipun begitu tauhid itu juga punya implikasi dalam konteks relasi kita dengan sesama manusia,” ungkapnya.
Saad mengingatkan agar dalam bertauhid tidak boleh ada sedikit pun campuran. Karena tauhid yang merupakan ungkapan laa ilaaha illallah yang dikenal dengan syahadat tauhid dan juga disebut kalimat-kalimat thayyibah.
“Kalimat thayyibah ialah ucapan yang bersih. Ucapan yang indah. Ucapan yang mujarradahyang murni, dari segala hal yang bersifat campuran. Maka dalam bertauhid tidak boleh ada campuran sama sekali, kalau ada campuran menjadi syirik,” terangnya.
Saad melanjutkan bahwa tauhid mengandung implikasi keadilan, sebagai lawan dari syirik yang memiliki implikasi kezaliman.
“Implikasi dari tauhid itu disebutkan innassyirka ladzulmun adziim. Sesungguhnya syirik itu adalah kezaliman yang besar. Lawan dari asy-syirk, itu adalah at-tauhid. Maka bisa kita ungkapkan yang sebaliknya: bahwa tauhid itu adalah adlun adzimun, keadilan tertinggi,” terangnya.
Dengan demikian menurut Saad dalam bertauhid tidak boleh ada kezaliman apapun, termasuk kezaliman terhadap sesama.
Baca sambungan di halaman 2: Allah Segala-galanya