Allah Segala-galanya
Selain itu menurut Saad, tauhid juga memiliki implikasi menempatkan Allah di atas segala sesuatu dan menyadari bahwa manusia pada dasarnya di posisi yang sangat rendah.
“Allah sebagai Tuhan yang kita sembah, kita jauh di posisi bawah, Allah itu al-Azdim. Allah itu al-Karim, yang maha baik, yang maha mulia. Sementara kita, sangat jauh posisi kita, andai kita tidak dimuliakan Allah.” Terangnya.
Oleh karena itu, menurut Saad, manusia perlu menyadari sebagai makhluk yang lemah di hadapan Allah sehingga dalam bertauhid manusia harus bisa merasakan kemuliaan dan ke-Mahakuasa-an Allah.
“Allah itu al-Qawiyyu, Allah itu al-Qahharu, Allah itu al-Qadiiru yang menunjukkan sifat-sifat Allah yang maha kuat, yang yang maha hebat,” terangnya.
Saad mengingatkan dalam bertauhid tidak hanya terbatas hubungan manusia dengan Allah, tetapi juga hubungan manusia dengan sesamanya.
“Dalam konteks ini nilai tauhid itu mengimplementasikan ada dimensi teologi kita dengan Allah tapi juga ada dimensi teologi kita dengan sesama manusia khususnya untuk tidak melakukan kedzaliman-kedzaliman,” jelasnya.
Saad mengutip pernyataan yang diungkapkan oleh Ibnu Khaldun. “Bahkan dalam konteks yang lebih besar, Ibnu Khaldun menyatakan الظلم مؤذن بخراب العمران, ‘Kedzaliman itu akan menghancurkan peradaban. Maka sekali lagi ini juga indikasi dari kesyirikan itu kita bisa mendzalimi orang,” terangnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni