PWMU.CO– Akhlak kepada anak yatim disampaikan pembicara Ustadz Muhammad Jemadi MA dalam Darul Arqom SMP Muhammadiyah 2 Taman Sidoarjo, Senin (4/4/2022).
Acara Darul Arqam bertempat di Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Panti Asuhan Muhammadiyah (PAM) Kenjeran Surabaya. Peserta berjumlah 77 siswa putra dan putri kelas IX SMP Muhammadiyah 2 Taman.
Ustadz M Jemadi guru negeri yang juga pelatih nasional pengembangan keprofesian berkelanjutan.
Merujuk Imam Ismu Hajar, Ustadz Jemadi menjelaskan, yatim adalah anak kecil yang belum baligh atau belum bermimpi. Tidak memiliki ayah meskipun dia diasuh kakek.
”Jadi batasan anak disebut yatim kalau ditinggal mati ayahnya. Kalau ditinggal ayah dan ibu meninggal namanya anak yatim piatu,” ujarnya.
Dalilnya, sambung dia, surah al-Baqarah ayat 220 mengenai anak yatim fiddunya wal akhiran, wa yas alunaka anil yatama, qul islahul lahum khair, wa in tukhalituhuma fa ikhwanakum, wallahu ya’lamul mufsida minal muslih walau syaallahu laantakum innallaha azizun hakim.
Artinya: tentang dunia akhirat dan mereka bertanya kepadamu tentang anak yatim, katakanlah mengurus mereka secara patut adalah baik, dan jika kamu bergaul dengan mereka, maka mereka adalah saudaramu.
“Mengurus anak yatim harus sabar, memang sengaja Allah menguji kita semua. Maaf perilaku anak yatim itu terkadang menurut kita melampaui apa yang kita anggap tidak pas. Kita tidak boleh menghardiknya,” ujar Jemadi.
Mengurus anak yatim itu sulit, karena mereka sudah ditinggal sama orangtua. Maka mereka membutuhkan perhatian.
“Kita masih bersyukur kita masih tinggal dengan orang tua, dengan keluarga. Karena mereka termasuk saudara kita. Makanya kita harus berbuat baik,” ujarnya.
Landasan memperhatikan anak yatim juga ada dalam surat adh-Dhuha. Surat ini juga dipakai KH Ahmad Dahlan menjadi dasar mendirikan Muhammadiyah.
”Nabi Muhammad itu anak yatim sewaktu dilahirkan. Usia enam tahun jadi yatim piatu,” tuturnya.
Karena itu, kata Jemadi, yang pertama berbuatlah sebaik-baiknya kepada anak yatim. Kedua, mereka adalah saudara kita. Ketiga, jangan sewenang-wenang. Itulah akhlak kita kepada anak yatim.
”Kita selau diuji oleh Allah mengenai kesabaran mengurus anak yatim yang dijanjikan tempatnya surga. Asal kitamenyayangi anak yatim, mencintai anak yatim, mengurusi anak yatim,” tandasnya.
”Saya doakan semua menjadi orang kaya, kalau sudah kaya bisa menyisihkan rezekinya untuk anak yatim,” tambahnya.
Penulis Nashiiruddin Editor Sugeng Purwanto