Menggoda Setan Terbelenggu tulisan Dr Aji Damanuri, dosen IAIN Ponorogo.
PWMU.CO– Puasa Ramadhan pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu. Namun kenapa masih banyak kejahatan yang tejadi?
Saya sering mengilustrasikan kondisi setan saat puasa seperti anjing galak yang dirantai atau dikerangkeng. Ia tidak bisa menggigit orang. Namun jika ada yang datang mendekat dan mengganggunya maka bisa saja dia menggigitnya.
Begitu pula setan. Meskipun telah dibelenggu namun jika manusia mendekat dan menggodanya maka setan akan menyesatkannya. Maka jangan menggoda setan. Karenanya penting mengenali karakter setan supaya kita tidak tergoda atau bahkan menggoda.
M. Quraish Shihab dalam tafsirnya al-Misbah memahami bahwa setan merupakan pendurhaka yang mengajak pada kedurhakaan. Dia bisa manusia atau jin.
Bahkan semua yang mengakibatkan mudharat atau apapun yang tercela dikategorikannya sebagai setan. Karenanya dalam surat an-Naas diterangkan sifat setan yang selalu menggoda manusia bisa dari golongan jin maupun manusia.
Jadi setan adalah sifat untuk menyebut setiap makhluk yang jahat, pembangkang, tidak taat, suka membelot, suka maksiat, suka melawan aturan, atau semacamnya.
Musuh Nyata
Dalam tafsir Ibnu Katsir, setan adalah segala sesuatu yang menyimpang dari tabiat berupa kejahatan. Dilakukan manusia maupun jin.
Umumnya orang lebih waspada dan takut setan dari golongan jin dengan bayangan seram dibanding setan berwujud manusia. Padahal setan manusia bisa lebih destruktif.
Setan adalah musuh yang nyata sepanjang masa: ”dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi musuh, yaitu setan dari jenis manusia dan jin.” (al-An’am: 112)
Ayat lain menerangkan,”Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu.” (Yasin: 60)
Modus Operandi
Lalu bagaimana modus operandi setan mengoda manusia? Ayat-ayat yang menerangkan tentang setan di antaranya terdapat dalam surat: al-Baqarah (2) ayat 168, 169, 268. Al-imran (2) 155,175. An-nisa (4) 120. Al-an’am (6) 112. Al-isra (17) 27. Maryam (19) 44.
Pada ayat-ayat tersebut diterangkan tugas setan adalah merayu manusia agar memakan-makanan yang haram, menyuruh berbuat jahat dan keji, menakut-nakuti kefakiran, mengelincirkan, menakut-nakuti akan kekalahan, angan-angan kosong, permusuhan dan tipu dayanya, mendorong berbuat tabdzir, durhaka dan pembangkang terhadap perintah Allah.
Salah satu bentuk godaan setan yang paling dahsyat adalah keinginan manusia sebagaimana disitir surat al-Hajj: 52. Ketika berpuasa banyak keinginan yang kita tahan, karena itulah puasa disebut imsak yang artinya menahan.
Dengan kata lain untuk membelenggu setan yang bersifat keinginan adalah dengan mengendalikan keinginan-keinginan dan diletakkan pada sikap yang wajar.
Karena setan adalah sifat yang juga melekat pada manusia maka bisa jadi kebiasaan buruk yang dijalaninya telah menjadi karakter yang melekat, sehingga meskipun berpuasa ia tetap berbuat zalim karena terpeliharanya sifat setan dalam dirinya.
Puasa Ramadhan mestinya menjadi perisai diri dari godaan setan, namun sekuat apapun perisai puasa jika tidak dipakai maka setan akan tetap masuk menggoda.
Puasa yang mampu membentengi diri dari godaan setan bukan hanya sah syarat rukunnya secara fikih, namun lebih dari itu adalah nilai yang melekat padanya.
Banyak orang yang puasa dan sah secara fikih namun tidak memperoleh pahala. Yang didapat hanya haus dan lapar. Karenanya puasa harus imanan wa ikhtisaban. Dengan diyakini, disadari, diresapi, dihayati, dan penuh introspeksi. Introspeksi terhadap sifat-sifat setan yang melekat pada dirinya.
Kualitas Puasa
Dalam hadits diterangkan penekanan terhadap kualitas puasa. Bukan hanya melatih jasmani tetapi juga ruhani. Nilai-nilai spiritual ajaran puasa menguatkan jiwa, mengusir sifat-sifat setan yang melekat pada diri manusia.
Setan masuk pada jiwa yang lemah dari nilai spiritual yang disebut tergoda. Kekuatan jiwa membawa seseorang pada kesalehan karena pencerahan jiwa.
Sebaliknya lemahnya jiwa akan membawa pada kegelapan. Karenanya semua kejahatan disebut zulm yang berarti gelap.
Pelakunya disebut zalim, karena sifat-sifat setan di atas memberikan bercak-bercak noda hitam dalam hati, pikiran, dan jiwanya.
Supaya kita tidak tergoda oleh bujuk rayu setan maka kita harus mengendalikan semua nafsu dan kekhawatiran dengan menguatkan jiwa, memperkokoh iman, dan berusaha meraih takwa.
Angan-angan dan pengandaian adalah jebakan setan yang sering tidak disadari manusia. Begitu banyak spesialisasi setan dalam menggelincirkan manusia pada ayat di atas. Semua sesuai dengan karakter dan sifat manusia. Artinya, semua keterangan setan yang terkandung dalam al-Quran adalah kembali kepada salah satu karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, yaitu karakter zalim, di samping karakter baik.
Karenanya Allah swt menyediakan satu bulan yang suci sebagai sarana penyucian diri, tazkiyatu nafs. Sebagai benteng bagi sifat-sifat setan yang terus menggoda manusia.
Berpuasa semestinya membelenggu setan. Bukan malah kita yang menggoda setan supaya bangkit. Puasa mendidik kita menguasai dan mengendalikan sifat-sifat setan, bukan sebaliknya. (*)
Editor Sugeng Purwanto