Naikkan Minat Murid
Ziyad mengatakan dai yang dikirim oleh LDK menjadi kepala sekolah sekaligus merangkap jadi guru di sekolah Muhammadiyah tersebut. Di samping itu, utusan tersebut juga merangkap menjadi guru di SD dan SMP di seberang pulau Tello. Tak sia-sia, perjuangan utusan tersebut dibayar dengan naiknya minat murid untuk bersekolah di sekolah tersebut.
“Singkat cerita, kemudian muridnya sebanyak 174 siswa,” ujarnya diikuti suara tepuk tangan peserta takjub dengan perjuangan tim LDK.
Saat ini, terhitung sudah tahun kelima. Yang membuat miris, Ziyad ketika mendengar laporan dai yang diutus bahwa masih banyak anak-anak yang harus berjalan kaki sepanjang empat kilometer untuk datang ke sekolah. Kemudian akhirnya memutuskan untuk mengadakan becak motor untuk mengantar anak-anak tersebut untuk dapat tetap nyaman dalam mendapatkan pendidikannya.
“Bisa kita bayangkan, bagaimana Indonesia merdeka, bagaimana kita berpikir untuk membangun peradaban bangsa tapi kalau tidak dimulai dari basic stage nya dari aspek pendidikan ini,” tandasnya.
Sehingga, lanjutnya, ketika Ziyad menyambangi ke pulau Tello sambutan yang diberikan masyarakat melebihi sambutan kepada bapak presiden. Tepuk tangan pun terdengar dari para peserta mendengar fakta yang disampaikan tersebut. Bagi masyarakat di sana, kiriman utusan dari LDK membuat anak-anak mereka bisa sekolah. Mereka merasa terbantu sekali.
Kualitas Pembangunan
Alumnus Pondok Pesantren Karangasem Muhammadiyah Paciran teringat dengan apa yang disampaikan Dr Malik Fajar mantan menteri pendidikan RI kepadanya. “Dik, saya nitip pesan tolong dakwah di daerah terpencil jangan terputus. Muhammadiyah itu berkembang dari pengiriman dai-dai itu,” Dr Ziyad menirukan perkataan Malik Fajar.
Tugas LDK yang disiapkan adalah membaca jangka panjang bahwa Indonesia ini akan merata proses kualitas pembangunan manusianya itu salah satunya apabila terjadi pemerataan dan kemudahan akses orang untuk meningkatkan sumber manusianya.
“Informasi-informasi yang dikirimkan dai yang diutus ke seluruh daerah 3T inilah yang menjadi sangat penting karena dengan begitu LDK bisa mengukur dan mengusahakan serta menyiapkan tenaga dai-dai yang akan diberikan ke daerah-daerah tersebut.”
LDK mempunyai 169 perguruan tinggi, sekitar 24 Fakultas Agama Islam. Sepuluh persen dari mahasiswa dari masing-masing fakultas tersebut akan siap menjadi dai dan sebagai pioner yang akan dikirim keluar menuju daerah-daerah 3T.
Lebih lanjut Dr Ziyad menceritakan berbagai pengalamannya syiar ke daerah 3T di seluruh di wilayah di Indonesia. Menurutnya, banyak pengalaman-pengalaman yang telah dialami selama di daerah 3T yang tidak terduga dan tak jarang membuatnya tersentuh.
“Banyak sekali aspek kehidupan di masyarakat di daerah tertinggal yang sangat membutuhkan bantuan. Baik itu sektor ekonomi, pemerataan pembangunan dan terlebih masalah fasilitas pendidikannya,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.