Kisah Pak AR Ngopi dengan Pak Harto, liputan Kajian Ahad Pagi oleh kontributor Kota Probolinggo Ahmad Qori’ Ulul Albab.
PWMU.CO – Kajian rutin Ahad Pagi Pimpinan Daerah Muhammadiyah PDM Kota Probolinggo, Ahad (3/4/2022) menghadirkan Penggiat Komunitas Padang Maksyar Dr Nurbani Yusuf.
Menurut Nurbani Yusuf, Ketua PP Muhammadiyah Prof Syafiq A Mughni pernah menyampaikan Muhammadiyah adalah yang paling rentan terkena gempuran ideologi trans-nasional. Syafiq menulis buku tentang Muhammadiyah Rasa Salafi dan Muhammadiyah Rasa FPI.
“Sepuluh tahun yang lalu Prof. Munir Mulkhan memilah Muhammadiyah menjadi beberapa kelompok. Yaitu Munas (Muhammadiyah Nasionalis), Marmut (Muhammadiyah-Marhaens), Munu (Muhammadiyah-NU), dan Muhi (Muhammadiyah Ideologi),” terangnya.
Ideologi Muhammadiyah
Ideologi orang komunis, lanjutnya, adalah marxism, ideologi orang Eropa adalah liberal, ideologi orang NU adalah aswaja, ideologi orang Protestan adalah puritan.
“Ideologi orang PKS, FPI dan HTI adalah tarbiyah, ideologi orang salafi adalah wahabi. Kemudian ideologi Muhammadiyah apa?” tanyanya kepada para jamaah.
“Ideologi Muhammadiyah adalah Dahlaniyah. Kembali kepada KH Ahmad Dahlan,” jawabnya.
“Kemudian hal ini menjadi viral dan mendapatkan respon dari Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir. Haedar menanggapinya dengan mengatakan bahwa Ideologi Muhammadiyah tidak jauh-jauh dari pendirinya,” tambahnya.
Beda Muhammadiyah NU
Orang-orang Muhammadiyah itu, sambungnya, terlalu baik. Salah satu contohnya adalah ketika ada seorang jamaah Salafi, kemudian memberikan masukan kepada imamnya karena bacaannya kurang tartil, dengan baiknya kita mempersilahkannya maju menjadi imam.
“Coba kalau di masjid NU, Kyainya pasti jawabnya begini: Kalau pingin tartil, cari masjid lainnya,” ungkapnya.
Strategi Kritik Penguasa
“Apakah ada penguasa sedhalim Fir’aun? Yang sombongnya tidak ada duanya, mengaku Tuhan serta mengaku bisa mematikan dan menghidupkan. Tidak ada.” ujar beliau kepada para jamaah.
“Mari menengok al-Quran Surat Thaha 41-43 dan mengingatkan kita bahwa ayat-ayat ini pernah turun dan sebagai pelajaran bagi kita, bukan malah kita abaikan,” tuturnya.
Nurbani Yusuf kemudian memberikan tips kepada para jamaah bagaimana akhlak kita dalam memberikan nasehat kepada penguasa atau rezim.
“Pertama jangan pernah berkata kasar dan mencela rezim atau pemerintahan. Jangan mengkritik rezim di jalan atau pada saat khutbah. Itu bukan cara Muhammadiyah dan bukan contoh dari Nabi Muhammad saw. Contohlah Pak AR Fachruddin ketika menyampaikan kritikan dengan silaturahim ke rumah Pak Soeharto dan ngajak ngopi bareng beliau,” pesannya.
Kedua, sambungnya, jangan pernah menghina sesembahan agama lain karena pemeluk agama lain akan menghina Allah tanpa batas, seperti tertuang dalam al-Quran surat Al-Anam 108.
“Jangan pernah menghina keturunan seseorang. Karena dengan hinaan itu, maka akan kembali kepada kita dan keturunan kita sendiri. Seperti dalam HR Muslim, bahwa seseorang mencela bapak orang lain, lalu orang lain tersebut mencela bapaknya. Dan seseorang mencela ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencela ibunya,” tuturnya. (*)
Co-Editor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.