PWMU.CO – Foto shaf jamaah Kajian Pencerah yang sempat membentuk konfigurasi lafal Allah, selain viral, ternyata juga menjadi perbincangan menarik para nitizen. Banyak yang takjub dan mengucapkan ‘subhanallah’.
Namun begitu, ada beberapa nitizen yang mempertanyankan, jangan-jangan konfigurasi itu sengaja dibuat oleh panitia. “Penataan kursinya, apa sengaja? Biar terlihat dari atas seperti itu (membentuk lafal Allah),” kata Nur Ahmadi pembaca PWMU.CO dari Banyuwangi. “Kalau memang tidak sengaja, sungguh Allah maha berbuat sesuatu,” buru-buru dia menimpali.
Menjawab keraguan itu, Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Surabaya HM Arif An menyatakan, “Insyaallah tidak ada rekayasa. Tapi yang jelas ada pemisahan/batas antara laki dan perempuan. Kalau dilihat dari udara, terlihat bahwa jamaah perempuan ada di sebelah kiri dan laki-laki di kanan.”
Ketua PDM Kota Surabaya Mahsun Jayadi menambahkan, Kajian Pencerah di halaman UMSurabaya, tidak pakai kursi melainkan lesehan. “Ada yang bawa tikar dan ada yang bawa koran sebagai alas,” kata Wakil Rektor UMSurabaya itu.
Dari foto udara yang diambil dengan drone DJI Phantom 3 Profesional—dengan kamera foto 12 mega pixel/resolusi video 4K—milik UMSurabaya, jelas terlihat adanya lembaran-lembaran koran sebagai alas, seperti yang nampak di bagian kiri atas.
Dimintai penjelasan oleh PWMU.CO Ahad (29/1) pagi, Kepala Humas UMSurabaya Radius Setiawan mengungkapkan, tempat Kajian Pencerah sejatinya adalah halaman atau tempat parkir kendaraan roda empat Kampus UMSurabaya.
(Baca juga: Drone Ciptaan Dosen UMM Ini Terinspirasi Surat Arrahman)
“Di antara tempat parkir yang berjajar miring itu (lihat garis cat putih, red), terdapat deretan pepohonan (wana hijau). Itulah kenapa, duduk para jamaah tidak bisa menyambung, karena areal pohon tidak bisa digelari tikar atau koran,” katanya.
Sementara, lanjut dia, rongga paling kiri sebelum huruf ‘H washol’ adalah batas antara jamaah perempuan dan laki-laki. “Meski tidak ada pepohonan,
terlihat longgar, karena sengaja dikosongkan untuk batas shaf,” kata Radius.
(Baca juga: Drone Milik UMSurabaya Ini Berhasil Abadikan Perjalanan 40 Ambulan ke Bangkalan, Inilah Foto-Foto Hasil Rekamannya)
Sang pengendali drone Boedi Prakoso, saat ditanya kemungkinan dilakukannya rekayasa foto digital, dia tertawa lebar. “Ha ha ha….. Kami tidak ada potongan untuk merekayasa foto, hanya untuk sebuah sensasi. Sebab itu menyangkut kredibilitas dan integritas, serta pertanggungjawaban pada Allah,” tutur anggota Majelis Pustaka dan Informasi (MPI) PDM Kota Surabaya itu.
Salah seorang nitizen mengatakan, jika itu rekayasa, maka sesungguhnya Allah yang melakukan. “Saya yakin seyakin-yakinnya bahwa panitia tidak bermaksud mencari sensasi dengan melakukan rekayasa. Hanya rekayasa Allah yang mungkin terjadi,” kata Busyiri, seorang warga Bangkalan Madura. (Nurfatoni)