Ar-Rahim: Permanen
Sedangkan ar-Rahim, sambung Adi, adalah sifat rahmah yang melekat pada Allah. “Tidak akan lepas selamanya dari Allah SWT dan dari sifat itulah lahir segala kebajikan,” imbuhnya.
Dalam bahasa Arab, lanjutnya, pola kata rahim sama dengan pola kata fa’il. “Pola seperti ini dalam bahasa Arab kerap digunakan untuk menunjukkan sifat yang tetap atau permanen,” terangnya.
Dari pemahaman kebahasaan seperti itulah, dia menegaskan, muncul pendapat sejumlah ulama bahwa kata ar-Rahīm menunjukkan rahmat dan kasih sayang Allah yang bersifat permanen di hari akhirat nanti.
“Ini menunjukkan kasih sayang Allah sampai di akhirat tidak akan berakhir. Sedangkan kalau ar-rahman, Allah menyayangi kita sampai di dunia,” imbuhnya.
Rububiah Rahman dan Kebajikan
Aditama menegaskan, “Allah menyebutkan keduanya untuk menjelaskan Allah adalah Rububiyah rahman dan kebajikan, bukan Rububiyah kekuasaan dan kekejaman.”
Adi menambahkan, hukuman Allah bagi hamba-Nya di dunia dan azab di akhirat yang terlihat kejam sebenarnya adalah rahmah. Dia mengumpamakan, seperti halnya ibu yang karena terlalu sayang pada anaknya, ketika melarang seolah sangat kejam. Ibu bisa melarang berlebihan, hingga justru menyakiti sang anak.
“Kalau sayangnya manusia bisa keliru, tapi sayang dan kasihnya Allah tidak akan keliru, tinggal tunggu endingnya saja,” imbau Adi. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni