Empat Syarat Iktikaf
Setidaknya ditemukan empat persyaratan yang melekat pada orang yang beriktikaf.
Pertama, kesucian dari haid dan nifas
Hadits Hafsah binti Sirin
وَعَنْ حَفْصَةَ بِنْتِ سِيرِينَ قَالَتْ: (كُنَّا نَمْنَعُ عَوَاتِقَنَا ((وَجَوَارِيَنَا أَنْ يَخْرُجْنَ) (فِي الْفِطْرِ وَالْأَضْحَى) (فَلَمَّا قَدِمَتْ أُمُّ عَطِيَّةَ الْأَنْصَارِيَّةِ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا سَأَلْتُهَا: أَسَمِعْتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؟) (فِي كَذَا وَكَذَا؟ قَالَتْ: نَعَمْ بِأَبِي) (- وَكَانَتْ لَا تَذْكُرُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَّا قَالَتْ: بِأَبِي – سَمِعْتُهُ يَقُولُ:) (لِيَخْرُجْ الْعَوَاتِقُ وَذَوَاتُ الْخُدُورِ وَالْحُيَّضُ) (فَلْيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُؤْمِنِينَ) (وَلْيَعْتَزِلِ الْحُيَّضُ الْمُصَلَّى)
Hafsah binti Sirin berkata: (Dahulu kami melarang para wanita awal balig dan belum menikah) (serta putri-putri kecil kami keluar) (di hari raya Fitri dan Adha). (Ketika kami kedatangan Umi Athiyah al-Anshari, maka kami menanyakan hal itu padanya, apakah anda mendengar hadits Nabi? (Ia menjawab: Ya, atas nama bapakku) (ia selalu berbicara begitu jika menyebut nama Nabi) (Aku mendengar Nabi SAW bersabda, Agar membawa keluar mereka dan para wanita pingitan serta wanita haid) (untuk ikut mendengar dakwah kaum muslim) (Namun para wanita haid menjauh dari tempat shalat).
(HR Bukhari: 318, 937; Muslim: 890, 937; Tirmidzi: 539; Nasai: 390, 1558.)
Kedua, kesucian dari jinabat
Firman-Nya:
قَالَ تَعَالَى: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا}
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (al-Nisa’: 43).
Ketiga, izin istri pada suami
Hadits Aisyah
عَنْ عَائِشَة رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: (كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَعْتَكِفَ صَلَّى الصُّبْحَ ثُمَّ دَخَلَ فِي الْمَكَانِ الَّذِي يُرِيدُ أَنْ يَعْتَكِفَ فِيهِ) (قَالَتْ: وَإِنَّهُ أَرَادَ مَرَّةً أَنْ يَعْتَكِفَ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ, قَالَتْ: فَأَمَرَ بِبِنَائِهِ فَضُرِبَ) (قَالَ: فَاسْتَأذَنَتْهُ عَائِشَةُ أَنْ تَعْتَكِفَ فَأَذِنَ لَهَا)
Aisyah RA berkata: (Jika Rasulullah saw. hendak beri’tikaf, beliau shalat Subuh lalu menempati i’tikafnya) (Suatu hari beliau hendak i’tikaf di akhir Ramadhan. Namun beliau ingin menggaulinya, lalu beliau lakukan) (Setelah itu ia minta izin untuk beri’tikaf, dan beliau mengabulkannya).
(HR Bukhari: 1928, 1936; Muslim: 1172; Abu Dawud: 2464; Nasai: 709).
Keempat, kendala berikut, dikarenakan munculnya beberapa persyaratan tempat iktikaf itu sendiri, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Hudzaifah.
Hadits Hudzaifah
عَنْ حُذَيْفَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: اِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لَا اعْتِكَافَ إِلَّا فِي الْمَسَاجِدِ الثَلَاثةِ: الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ, وَمَسْجِدِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ
Dinarasikan Hudzaifah RA, Rasulullah SAW bersabda: Tidak ada iktikaf kecuali di tiga masjid. Yaitu, Masjid Haram, masjidku (Masjid Nabawi) dan Masjid Aqsha.
(HR Baihaqi: 8357; Ibnu Abi Syaibah (dalam Mushanaf): 9669; Abdurrazaq (dalam Mushanaf): 8014, 8016; Thahawi (dalam Musykil Atsar): 2771).
Firman-Nya:
قَوْلُهُ تَعَالَى: {ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ}
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam masjid. (al-Baqarah: 187).
Baca sambungan di halaman 3: Analisis Hadits