Ikut Pengajian Ramadhan, Bonus Reuni Alumni Pondok Karangasem, liputan Eko Hijrahyanto Erkasi kontributor PWMU.CO Lamongan
PWMU.CO – Sambil menyelam minum air. Mungkin satu pepatah yang pas untuk mengungkapkan pertemuan beberapa alumni Pondok Pesantren Karangasem Paciran Lamongan pada Pengajian Ramadhan yang diadakan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) GKB Gresik, Sabtu (9/4/22).
Pengajian yang diadakan di SMA Muhammadiyah 10 (Smamio) GKB Gresik dengan tema Muslim Berkarakter Pondasi Islam Berkemajuan ini pada sesi pertama menghadirkan Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah yang merupakan alumni tahun 1990, Dr H Muhammad Ziyad.
Seusai menjadi narasumber pada kajian tersebut, pria yang biasa dipanggil Ziyad ini berkesempatan menemui adik kelasnya. Yakni mantan kepala pondok di tahun 1992 yang kini jadi Sekretaris Majelis Pendidikan Kader Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Gresik M Faris Ma’ani, Kepala SMP Muhammadiyah Golokan Sidayu Luthfiyah Ahmad alumnus tahun 1997, serta Eko Hijrahyanto Erkasi yang merupakan Ketua Majelis Pemberdayaan Masyarakat PCM Babat.
Tak ayal pertemuan tersebut ibarat reuni tipis-tipisan sambil bercerita tentang kabar dari teman-teman lain yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Namun, Ziyad sangat bersemangat bercerita tentang bagaimana dahulu pengasuh Ponpes Karangasem KH Abdurrahman Syamsuri yang lebih akrab disapa Yai Man sering menasihatinya sehingga dia bisa sampai pada posisi sekarang ini selaku Ketua LDK PP Muhammadiyah.
Rupanya semangat berdakwah di daerah terpencil sudah dimiliki Ziyad saat masih menjadi santri. Dalam ceritanya, Ziyad pernah mendaftarkan diri ke Yai Man untuk menjadi dai di luar pulau melalui Muhammadiyah dan Dewan Dakwah Islam Indonesia (DDII).
Namun Yai Man tidak begitu saja menerimanya. Ziyad muda disuruh minta izin ke orangtuanya terlebih dahulu akan hal ini. Menuruti perintah sang kyai, Ziyad meminta izin ke Abahnya untuk ikut menjadi dai di luar pulau, namun sang Abah justru menyuruhnya untuk Kuliah.
Seusai mendapat jawaban dari orangtua, kembalilah Ziyad menghadap ke Yai Man untuk menyampaikan jawaban tersebut. Gayung pun bersambut Yai Man juga menyuruhnya kuliah dan akhirnya masuk ke Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Berdakwah Bonus Wisata
Sebagai Ketua LDK PP Muhammadiyah menuntut Uztadz Ziyad menggerakkan dakwah di daerah 3T, yaitu terdepan, terpencil, dan tertinggal yang mengharuskannya untuk berkeliling ke seluruh penjuru Indonesia.
Pada kesempatan tersebut, lulusan Magister IAIN Medan Sumatera Utara ini berkisah tentang perjalanannya di berbagai daerah yang harus menempuh perjalanan panjang dan medan yang terjal.
“Perjalanan udara banyak sekali yang harus dilalui dengan beberapa transit. Tak sedikit perjalanan yang harus menyeberangi lautan dengan menggunakan speedboat dengan kecepatan tinggi dan ombak laut yang berada diatas kepala. Bahkan sampai meminta pengemudi speedboat mengurangi kecepatan agar tidak terlalu mengalami kontraksi.”
Dia memaparkan tak jarang pula harus menempuh perjalanan darat yang panjang membelah hutan dengan kondisi jalan memprihatinkan di mana di sana terdapat suatu desa yang banyak muallafnya untuk meminta bimbingan. Maka layaknya berwisata saja berpergian ke sana ke mari menikmati pemandangan alam, namun misi utamanya adalah berdakwah di jalan Allah.
Dalam kondisi tersebut, lanjutnya, sebagai manusia normal tentunya juga pernah mengalami kelelahan. Hal itu terkadang membuat Ziyad ingin istirahat sejenak. Untunglah Ummu Salamah sang istri yang selalu men-support gerak dakwahnya.
Di saat kelelahan itu pula pria kelahiran Lamongan selalu teringat pesan sang Kiai Abdurrahman Syamsuri, “Selagi ilmu, jiwa, dan ragamu masih dibutuhkan, maka berangkatlah.”
Inilah yang menjadi booster sehingga dia mampu terus menembus batas menggerakkan dakwah di daerah-daerah minus. Sebelum menutup perjumpaan bersama adik kelasnya, pria lulusan Doktoral Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini berpesan, “Anak-anak muda harus diberi kesempatan untuk terjun di daerah terdepan, terpencil, dan tertinggal dengan harapan kelak ketika mereka menjadi pejabat bisa mengambil kebijakan untuk pemerataan pengembangan sumber daya manusia,” tandasnya. (*)
Co-Editor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.