PWMU.CO – Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta mengadakan uji kompetensi Kemuhammadiyahan tahun pelajaran 2021/2022 untuk santri kelas VI atau kelas XII.
Majelis Pendidikan Kader (MPK) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah dan Majelis Pembinaan Kader (MPK) PP Aisyiyah berkolaborasi dalam menyusun materi, metode, dan memberikan pengarahan kepada santriwati.
Agenda ini berlangsung secara offline yang dilaksanakan pada hari Ahad, 27 Maret 2022 bertempat di Madrasah Muallimaat Muhammadiyah Yogyakarta.
Terdapat sebelas penguji yang terlibat, antara lain: Dra Soimah Kastolani, Dra Siti Aisyah MAg, Dr Mufdilah SPd SSiT MSc, Erni Zuhriyati SS SIP MA, Abidah Muflihati SThI MSi, Muh Ihwan Ahada SAg MA, Muhammad Aziz ST MCs, M Wiharto SPdI SSy MA, Imam Hanafi SS MPd, Dr Untung Cahyono MHum dan Dr Faiz Rafdhi MKom.
Dr Untung Cahyono MHum, ketua penguji menuturkan, pihaknya sudah melakukan segala persiapan terkait dengan kisi-kisi perumusan materi, dan metode pengujian.
Menurutnya, tujuan dari uji kompetensi ini untuk menguji, membimbing, membekali, dan memberi semangat bagi para santri Madrasah Muallimaat Muhammadiyah.
“Sebagai kader perempuan, harus beramal shaleh, baik itu menjadi guru, dosen, dokter, politisi, pebisnis dan selalu komitmen dengan Muhammadiyah. Ketika sudah lulus dari madrasah juga harus tetap berjuang di Muhammadiyah,” tandasnya.
Dalam ujian tersebut, para santriwati ditanya secara singkat tentang Muhammadiyah. Setidaknya software dari Muhammadiyah harus ditekankan, seperti tentang Muqaddimah Anggaran Dasar Muhammadiyah, Khittah Muhammadiyah, Pedoman Hidup Islami Warga Muhammadiyah, Darul Ahdi wa Syahadah, Himpunan Putusan Tarjih (HPT), serta Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah (MKCHM).
Kader Ideal Muhammadiyah
Pola ujian diarahkan agar para santri menjadi kader ideal sesuai keputusan Muktamar 1 Abad Muhammadiyah di Tahun 2010.
“Kader ideal Muhammadiyah harus memiliki 4 kecakapan, yakni keislaman, akademik-intelektual, kepemimpinan dan keorganisasian, serta kepeloporan dan kemanusiaan,” ujar Dr Untung Cahyono.
Dia juga menegaskan, menjadi kader perempuan harus bisa menjadi sosok ibu yang ideal nantinya. Artinya bisa berperan di ranah publik, tetapi juga berperan baik di dalam keluarga.
“Di satu sisi, manusia tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan untuk beramal shaleh. Sisi lain, perempuan tidak hanya menjadi pendamping laki-laki di kemudian hari,” tuturnya.
Di akhir wawancara, Dr Untung menyampaikan, bahwasanya menjadi ibu rumah tangga itu penting, tetapi menjalankan peran-peran publik juga menjadi peran sangat penting. (*)
Penulis Laeli Tri Agustina Co-Editor Nely Izzatul Editor Mohammad Nurfatoni