Seluruh Umat Islam Itu Muhammadiyah; Liputan Riska Oktaviana, kontributor PWMU.CO Surabaya.
PWMU.CO – Seluruh umat Islam sebenarnya adalah muhammadiyah. Setiap Muslim mesti muhammadiyah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur Dr M Saad Ibrahim MA, dalam Baitul Arqam Guru dan Tenaga Kependidikan di lingkungan Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Ngagel Kota Surabaya, Jumat- (15/4/222). Acara akan berlangsung hingga Sabtu (16/4/2022).
Menyampaikan materi bertema Bermuhammadiyah dengan Suka Cita, Saad mengatakan Muhammadiyah merupakan sebuah paham yang dinisbahkan pada Nabi Muhammad SAW. Jadi, dalam pengertian bahasa, sesungguhnya semua umat Islam adalah pengikuti Muhammad atau muhammadiyah. “Muhammad artinya orang yang dipuji dengan sungguh-sungguh,” katanya.
Ia menambahkan, dari fi’il madhi hammada yuhammidu tamhiidan artinya perbuatan memuji dengan pujian yang kuat atau sungguh-sungguh. “Sedangkan dari isim maf’ul, Muhammad adalah objek yang benar-benar dipuji,” katanya.
Jika dihubungkan dengan Muhammad, putra Abdullah dan Aminah, lanjutnya, maka maknanya adalah orang yang benar-benar dipuji. “Muhammad memang menjadi orang yang benar-benar dipuji seluruh orang Mekkah dan mendapat gelar al-Amin. Namun, setelah diangkat menjadi Rasul beliau dicela orang bukan secara personal tapi ajaran yang dibawa,” paparnya.
Dua Alasan Masuk Muhammadiyah
Ia mengatakan, ada dua alasan orang masuk atau mengikuti organisasi Muhammadiyah. “Pertama, masuk sebagai seorang Muslim. Kedua, masuk, menerima, mengikuti, dan menjadi bagian dari organisasi yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini,” kata dia.
Tapi yang terpenting, lanjut dia, ialah mengikuti dan mengambil konsekuensi sesuai surat Ali Imran ayat 142 yang artinya: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.”
Ia menjelaskan, melalui ayat ini orang beralasan masuk Muhammadiyah dijadikan media atau wasilah untuk berjihad. “Dalam arti jihad yang luas (mencerdaskan umat dan bangsa),” jelasnya.
Saad menjelaskan, ikon terpenting Muhammadiyah adalah mencerdaskan melalui sekolah atau perguruan tinggi. “Kalau kita tidak punya wasilah jihad semoga kita tidak ditegur oleh Allah,” ujarnya.
Menurut dia, jihad itu bersabar menerima segala risiko dari konsekuensi jihad. “Pasti ada konsekuensi logisnya dalam al-Baqarah ayat 214,” ucapnya sambil menyitir ayat tersebut.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, ‘Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.’”
Mengacu ayat ini, lanjutnya, apakah kita masih bisa merasa selalu bergembira dalam bermuhammadiyah. “Rasanya ada kontradiksi,” katanya.
Saad Ibrahim berharap semoga kita senantiasa Bermuhammadiyah dengan gembira. “Serta diberikan kekuatan, barakah, rahmah, kecukupan, dan dilindungi oleh Allah SWT,” ujarnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni