Gagahnya Cabang Muhammadiyah bisa dilihat dari saku ketuanya. Liputan Darul Setiawan, kontributor PWMU.CO Sidoarjo.
PWMU.CO – Gagahnya cabang Muhammadiyah bisa dilihat dari saku ketuanya, hal tersebut diungkapkan Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Saad Ibrahim, dalam Kajian Ramadhan 1443 H Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Sidoarjo, Jumat (15/4/22).
Bertempat di Muhammadiyah Boarding School (MBS) Porong, Saad Ibrahim membeberkan sebuah data. Menurutnya, Kabupaten Sidoarjo tidak pernah masuk kategori 10 kabupaten di Jawa Timur termiskin.
“Tetapi Lamongan barusan saja keluar atau mungkin masih masuk kategori tersebut. Tapi justru Muhammadiyahnya itu menjadi yang terdepan. Itu kalau tingkat PDM,” ujarnya.
Gagahnya Cabang Muhammadiyah
Kalau cabang, lanjut dia, ada cabang yang dipimpin oleh orang yang kurus dan tinggi. “Saya ndak tahu namanya ya, yang saya kenal namanya al Mukarram Pak Abdul Karim (Dr Abdul Karim Baisa MPd, Ketua PCM Sepanjang),” kata Saad sambil melirik deretan tempat duduk terdepan.
Sepanjang punya rumah sakit besar, Rumah Sakit Khodijah. “RS Khodijah itu profitnya satu tahun itu saya kira Rp 70-80 M. Karena RS Muhammadiyah yang di Madiun itu profitnya bisa Rp 30 M,” bebernya.
Tentu yang dahulu (para pendahulu), lanjutnya, itu justru lebih banyak yang puasa. “Saya kira Pak Karim adalah sisa-sisa dari orang yang terdahulu, kalau melihat usia beliau seperti itu. Dan walaupun cabang sana itu sudah berhari raya, tapi Pak Karim masih berpuasa. Coba lihat sekarang beliau masih kurus. Nuwun sewu Pak Karim, nggeh,” guraunya disambut gerr para peserta kajian.
Ketua Cabang Punya Utang 50 M
Kedua, kata Saad, adalah Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Babat, Lamongan. Kira-kira 2-3 tahun lalu mendirikan rumah sakit yang kedua, di samping punya sekolah yang bagus-bagus seperti Sepanjang tadi. Itu rumah sakit yang kedua habis sekitar Rp 65 M.
“Sekarang ini ketua cabangnya mempunyai utang sekitar Rp 50 M. Saya apresiasi. Itu artinya, Ketua Cabang Babat itu gagah. Masih lebih suka utang dari pada diberi. Itu betul-betul al-yadul ulya khairun minal yadis sufla, tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Yang menolak itu dengan hutang, dan kalau hutang, itu jangan yang kecil-kecil, ndak gagah,” tambahnya.
Utang besar, sambungnya, lalu kemudian ada orang yang mengutangi, maka artinya kita dipercaya, termasuk diakui kegagahan kita. “Lagi pula begini, bank kalau ada nasabah yang utang Rp 10 M, lalu yang satu punya uutang Rp 1 T, kemudian keduanya sama-sama berhenti, itu yang dikejar-kejar yang Rp 10 M, yang sering didatangi yang Rp 10 M. Sementara yang Rp 1 T itu banyak yang dihibur-hibur. Sebab apa, sebab kalau yang 1 T itu minggat, maka ..? Jadi itu yang digunakan ilmu itu. Lagi pula kepengurusan kan sudah mau habis sebentar lagi,” jelasnya disambut senyum hadirin.
Baca sambungan di halaman 2: Tidak Bawa Tas tapi Ada Cek