Tasbih, Hamdalah, Tahlil, dan Takbir
Empat kalimat yang dapat menjadi perisai setiap hamba dari api neraka adalah pertama, tasbih yakni subhanallah yang artinya Mahasuci Allah. Allah Mahasuci dari prasangka negatif manusia. Semua prasangka negatif kepada Allah pastilah tidak benar dan sesuatu yang mengada-ada. Dan Allah selalu menjelaskannya dengan menyebut diri-Nya Mahasuci dari semua prasangak negative itu dalam ayat-ayat-Nya.
وَقَالُواْ ٱتَّخَذَ ٱللَّهُ وَلَدٗاۗ سُبۡحَٰنَهُۥۖ بَل لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلۡأَرۡضِۖ كُلّٞ لَّهُۥ قَٰنِتُونَ
Mereka (orang-orang kafir) berkata: “Allah mempunyai anak”. Maha Suci Allah, bahkan apa yang ada di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah; semua tunduk kepada-Nya. (al-Baqarah 116)
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ لَا تَغۡلُواْ فِي دِينِكُمۡ وَلَا تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ إِلَّا ٱلۡحَقَّۚ إِنَّمَا ٱلۡمَسِيحُ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ رَسُولُ ٱللَّهِ وَكَلِمَتُهُۥٓ أَلۡقَىٰهَآ إِلَىٰ مَرۡيَمَ وَرُوحٞ مِّنۡهُۖ فََٔامِنُواْ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦۖ وَلَا تَقُولُواْ ثَلَٰثَةٌۚ ٱنتَهُواْ خَيۡرٗا لَّكُمۡۚ إِنَّمَا ٱللَّهُ إِلَٰهٞ وَٰحِدٞۖ سُبۡحَٰنَهُۥٓ أَن يَكُونَ لَهُۥ وَلَدٞۘ لَّهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ وَكِيلٗا
Wahai Ahli Kitab, janganlah kamu melampaui batas dalam agamamu, dan janganlah kamu mengatakan terhadap Allah kecuali yang benar. Sesungguhnya Al Masih, Isa putera Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya. Maka berimanlah kamu kepada Allah dan rasul-rasul-Nya dan janganlah kamu mengatakan: “(Tuhan itu) tiga”, berhentilah (dari ucapan itu). (Itu) lebih baik bagimu. Sesungguhnya Allah Tuhan Yang Maha Esa, Maha Suci Allah dari mempunyai anak, segala yang di langit dan di bumi adalah kepunyaan-Nya. Cukuplah Allah menjadi Pemelihara. (an-Nisa’ 171)
Kedua, hamdalah atau kalimat alhamdulillah yang artinya segala puji bagi Allah. Allah memuji diri-Nya sebelum memerintahkan kepada makhluk-Nya memuji diri-Nya, karena memang Allah Maha Terpuji sejak awal hingga akhir, dan tiada cela sedikitpun akan kesempurnaan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaiman dijelaskan hal ini dalam tafsir al-Qurthubi rahimahullah.
Maka sudah sepatutnya setiap hamba meletakkan dirinya dalam posisi selalu memuji kepada Allah dalam setiap kesempatan dan keadaan. Dalam keadaan yang tidak sesuai harapan pun kita tetap wajib selalu memuji Allah, karena Dia-lah yang mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita ini.
Dijelaskan dalam beberapa riwayat, jika seorang hamba merasa mampu mengurus dirinya dengan kemampuan dan akalnya maka Allah akan membiarkan ia mengurus dirinya sendiri. Akan tetapi jika ia serahkan urusan dirinya kepada Allah, maka Allahlah yang mengambil alih urusan hamba-hamba-Nya itu, yaitu dengan bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya betawakkal kepada-Nya.
Dengan demikian hamdalah itu tidak hanya diucapkan seseorang saat mendapatkan anugerah saja, akan tetapi dalam keadaan bagaimanapun pujian kepada Allah haruslah terus diucapkannya. Dengan selalu memuji kepada Allah berarti sekaligus memiliki sikap positive thinking kepada Allah, dan hal itu sangat membahagiakan bagi seorang hamba.
Bacs sambungan di halaman 3: Tauhid Kemerdekaan Jiwa