Inilah Nilai-Nilai Islam Perwujudan Tauhid, liputan Ain Nurwindasari, kontributor PWMU.CO Gresik.
PWMU.CO – Dr M Saad Ibrahim menjelaskan tentang nilai-nilai Islam yang dikaitkan dengan tauhid pada Pengajian Ramadhan 1443 Mugeb Schools yang diikuti oleh seluruh guru dan karyawan, Jumat (8/4/2022).
Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim menjelaskan, di antara yang termasuk nilai Islam adalah tidak boleh merendahkan orang lain.
“Kita merendahkan orang itu artinya kita menempatkan orang di bawah kita. Kita sombong juga meletakkan diri kita lebih tinggi dari orang yang bersangkutan. Apakah kita tidak boleh sombong? Boleh, dalam konteks perang kita boleh sombong,” terangnya.
Saad kemudian memberi contoh ketika Nabi Sulaiman menolak hadiah dari Ratu Balqis dan menyampaikan kepada para utusannya yang disebutkan dalam an-Naml ayat 38.
“Kembalilah kepada mereka! Sungguh, Kami pasti akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak mampu melawannya, dan akan kami usir mereka dari negeri itu (Saba’) secara terhina dan mereka akan menjadi (tawanan) yang hina dina.”
“Itu kan kesombongan. Itu perang,” jelasnya.
Saad mengingatkan, seorang pimpinan harus paham situasi, apakah sedang dalam keadaan perang atau tidak. Situasi perang adalah situasi khusus sehingga bersikap sombong adalah tepat. Namun dalam situasi normal bersikap sombong tidak dibenarkan.
“Lha itu kalau nggak tahu kalau itu situasi khusus disikapi dengan hukum normal. Jangan situasi khusus disikapi dengan hukum normal, juga situasi normal jangan disikapi khusus. Jadi supaya tepat,” jelasnya.
Nilai Empati
Selanjutnya Saad menjelaskan salah satu nilai Islam adalah empati yang didapatkan dari puasa.
“Karena kita tidak boleh merendahkan orang, dan kita dalam konteks kesejahteraan dalam konteks kehidupan itu berbeda-beda, maka puasa mengajarkan kita untuk tidak sekedar simpati kepada orang, tapi lalu ditingkatkan pada empati,” terangnya.
Menurutnya sikap simpati adalah sikap yang baik namun seseorang masih mengambil jarak dengan orang lain. Akan tetapi sikap empati lebih mendorong seseorang masuk ke dalam jiwa orang lain yang kehidupannya lebih rendah.
“Dengan puasa itu kita merasakan. Karena salah satu hikmah puasa itu adalah merasakan penderitaan orang-orang fakir dan miskin,” jelasnya.
Menurutnya, puasa dapat membangun jiwa umat Islam untuk memusuhi kesyirikan yang berimplikasi pada kezaliman.
“Maka posisi yang paling rendah relasi kita dengan manusia itu posisi simpati. Tapi simpati itu sering kali tidak mendorong kita berbuat lebih baik lagi, kecuali empati,” tandasnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni