Ilmu Falak dalam Novel
Betapa luas dan indahnya ilmu falak atau astronomi juga pernah dituliskan oleh novelis Andrea Hirata dalam novel Edensor. Novel ini seolah menggambarkan bahwa langit adalah kitab yang terbentang.
Edensor merupakan salah satu judul dari empat novel tetralogi Laskar Pelangi bersama Sang Pemimpi dan Maryamah Karpov. Dalam novel tersebut tokoh Ikal diyakinkan oleh Weh sang pemilik perahu yang mereka tumpangi bersama di tengah laut untuk menjadikan bintang-bintang di langit sebagai penunjuk arah.
Weh digambarkan sebagai lelaki uzur yang hidup bersama perahu kecilnya telah mampu membagi lapisan langit menjadi halaman-halaman ilmu. Pengetahuannya sebagai akumulasi dari pengetahuan manusia yang sejak dulu kagum pada kerlap-kerlip bintang dan pesona benda-benda langit.
Hasil dari ilmu pengetahuan dan penelitian (riset) manusia mampu memanfaatkan keteraturan benda-benda langit yang mereka amati untuk memenuhi kebutuhan hidup. Awalnya manusia menganggap fenomena benda-benda langit sebagai hal ghaib, aneh dan bernuansa magis.
Pada akhirnya manusia mampu memanfaatkan benda-benda angkasa tersebut sebagai penanda arah dengan rasi-rasi bintang, pembuatan jadwal waktu, sampai petunjuk horoskop aquarius, pices, leo dan sebagainya.
Keseriusan Muhammadiyah pada metode hisab dalam penentuan awal dan akhir Ramadhan hanya sebagian kecil dari penelitian dan pengembangan ilmu astronomi yang luas.
Sejauh ini persyarikatan Muhammadiyah telah mengembangkan observatorium Ilmi Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, dan Universitas Muhammadiyah Makasar. Metode hisab yang digunakan Muhammadiyah bagian dari melestarikan tajdid inovasi ulama dan ilmuwan muslim sejak abad pertengahan.
Ilmu pengetahuan hadir dan disepakati guna meminimalkan perbedaan dalam banyak hal yang bersifat subjektif. Budaya ilmu pengetahuan yang objektif, bukan manipulatif perlu ditanamkan kepada masyarakat luas demi kemaslahatan umat secara bil hikmah, yakni dengan ilmu pengetahuan.
Di era yang serba modern ini, ilmu pengetahuan lahir dan hadir melalui serangkaian metode ilmiah berbasis ayat-ayat kauniah juga kauliah. Bagi kalangan umat Islam dengan berdalih menjaga kearifan lokal tidak selayaknya membawa masyarakat mundur (set back) ke era sebelum dikenal ilmu pengetahuan, seperti maraknya klenik dan perdukunan. Wallahu’alam bishawab. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni/AS