Muhajirin Lamongan
Maka, lanjut Tahmid, tidak salah disebut, Lamongan ini adalah bagian dari prototype muhajirin. Maka, Tamhid yang berasal dari Sidoarjo berterima kasih kepada Lamongan.
Dia mengungkapkan, kalau Syafiq A. Mughni, Achmad Jainuri, dan Abu Sufyan tidak ‘hijrah’ ke Sidoarjo, maka tidak ada ceritanya lahir Umsida. Demikian juga di Surabaya. Kalau tidak ada Abdul Aziz Alimul Hidayat dan Mundakir, dan yang lain-lain, maka Universitas Muhammadiyah Surabaya tidak akan seperti sekarang.
“Karena hijrahnya beliau-beliau dari Lamongan itulah yang kemudian menjadi khaira ummah,” ujarnya.
Tamhid mengatakan, mereka memiliki segudang pengalaman, tradisi budaya, dan peradapan yang ada di Lamongan lalu dibawa ke Sidoarjo, Surabaya, dan sebagainya. Supaya menjadi sesuatu yang bermakna, bermanfaat, dan menjadi besar.
Tahmid mengatakan bukan itu saja. Di Jawa Timur ini Ketua PDM-nya banyak yang dari Lamongan. Seperti para mantan Ketua PDM Surabaya Syaifuddin Zaini, Zayyin Cudlori, dan KH Mahsun Jayadi. Semuanya dari Lamongan. Di Situbondo ada Wakil Ketua PDM Munawar. Juga dari Lamongan. Ketua PDM Jember Kusno juga dari Lamongan. “Hampir semua dari Lamongan ternyata,” ujarnya.
Belum lagi kalau di lura Jawa. Di Kalimantan Tengah ada Muhammad Zuhri Jalil, Sekretaris PWM Kalimantan Tengah asal Mencorek, Brondong. Lamongan. Demikian juga di Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat. Banyak dari Lamongan. Ketua PWM NTT Musta’in M. Zuhdi juga dari Lamongan.
“Inilah hasil dari Darul Arqam yang dilakukan oleh Muhammadiyah yang meniru Nabi Muhammad SAW, untuk menciptakan manusia-manusia yang terbaik khaira ummah.Kemudian disebar ke seluruh pelosok Tanah Air menjadi kekuatan Persyarikatan,” ujarnya.
Mereka, ketika ‘hijrah’ itu, tidak pernah membawa nama besar Lamongan. Mereka datang ke Sidoarjo tidak membuat Universitas Muhammadiyah Lamongan. Tidak. Tetapi mereka datang ke sana tetap menjadi Muhammadiyah yang ada di Sidoarjo.
“Seperti orang Arab kemudian maju di Spanyol itu. Tidak pernah membawa Islam Arab, tapi kemajuan di Spanyol adalah kemajuan Islam. Demikian juga di Tanah Air. Tidak dibawa nama Arab itu. Maka kalau ada orang kemudian mengolok-olok kadrun itu orang yang tidak tahu sejarah,” sindirnya
“Oleh karena itu semangat khaira ummah yang harus kita ciptakan terus di rumah kita, rumah peradapan yaitu Baitul Arqam,” tuturnya. (*)
Editor Mohammad Nurfatoni