PWMU.CO– PCM Barat Magetan ternyata punya sejarah panjang. Perintisnya Wajib Dwijo Atmojo, murid Muallimin Yogya yang ditugasi dakwah di kawasan ini pada tahun 1930.
Kisah itu diceritakan Siti Zubaidah (76), putri Wajib Dwijo Atmojo, ketika dihubungi Sabtu (19/3/2022) lalu.
Siti Zubaidah yang tidak dikaruniai anak ini di masa tuanya tinggal di Panti Tresna Werda di Jalan Raya Panekan, Srogo, Selosari, Magetan.
Dijelaskan, Wajib Dwijo Atmojo merupakan tokoh Muhammadiyah berasal dari Suronatan, Yogyakarta. Berbekal ilmu agama dari Muallimin, Wajib membawa dakwah Muhammadiyah ke Magetan pada akhir tahun 1930-an.
Dia menuturkan, ayahnya pernah bercerita lulus dari Muallimin mendapat perintah dan tugas dari Hoofdbestuur Muhammadiyah di Yogyakarta.
“Bapak datang bersama Pak Kusmen menjadi guru di Sekolah Moehammadijah (HIS) kedua di Barat sampai tuntas,” terang Bu Idah, panggilan akrabnya.
Dari sekolah ini dikenalkan pemikiran dakwah Muhammadiyah. Setelah berkumpul beberapa orang yang seide lantas mendirikan ranting Muhammadiyah yang sekarang menjadi PCM Barat.
Dua tahun tinggal di situ Wajib Dwijo Atmojo diangkat jadi Naib atau Penghulu di Barat. Kemudian menikah dengan Siti Juariyah berasal dari Karangmojo Magetan.
“Bapak dan ibu dikaruniani enam anak, terdiri tiga putra dan tiga putri. Saya anak nomor empat,” lanjut Bu Idah.
Anak pertama bernama Siti Uswatun, kelahiran tahun 1933 bertempat di Madura. Nomor dua, Siti Rumini di Magetan. Nomor tiga, Ervan, kelahiran 1939 bertempat di Mojokerto. Anak pertama sampai ketiga sudah tidak ada.
“Saya nomor empat. Nomor lima, Lukman Kusuma, hidup di Wonogiri. Terakhir, Agus Ertika Edi, hidup di Semarang,” kata wanita yang pernah menjadi staf TU SMP Muhammadiyah Magetan periode 1977-1991.
Bu Idah juga bercerita, bapaknya merintis SMP Muhammadiyah Magetan tahun 1950. Siswanya sampai daerah Mojopurno dan Ngariboyo. Bapaknya juga pernah merintis sekolah Muhammadiyah saat bertugas di Gorang Gareng.
“Setelah dari Barat, kami pindah ke Gorang Gareng. Tahun 1940-an, bapak sempat merintis sekolah di sana. Pindah ke kota Magetan lagi tahun 1949. Bapak wafat tahun 1981, ibu wafat 1996,” tuturnya.
Bu Ida berpesan agar terus berjuang menjaga Muhammadiyah. “Muhammadiyah yang dibawa bapak dan Pak Kusmen semoga dirawat. Nyuwun tulung, dijagi, nggih,” ujarnya.
Penulis Samsul Hidayat Editor Sugeng Purwanto